58

5.9K 475 24
                                    

Ini update terakhir sebelum lebaran, ya. Abis ini bakal libur dulu selama seminggu.
😁😁😁




"Aku pergi. Jangan cari aku lagi!"

"Nggak! Kamu nggak boleh ke mana-mana!! Tempat kamu di sini, Na!!"

Cewek itu tersenyum miris seusai mendengar pernyataan Jeffrey yang benar-benar nggak menginginkan dia pergi. Namun meski begitu dia tetap memundurkan langkahnya. Dia semakin menjauhkan diri dari Jeffrey.

Jeffrey berusaha menggapai tangan Joana namun, Joana segera menghindar.

"Nana ... jangan tinggalin aku," lirih Jeffrey.

"Aku capek, Jeff," ujar Joana.

Bukan cuma fisiknya yang lelah tapi batinnya juga. Joana terlalu lelah dengan segala sakit yang mendera batinnya. Sakit yang justru disebabkan oleh orang-orang yang semula dia percaya.

Kali ini Jeffrey kembali mencoba menggapai tangan Joana dan berhasil. Tangan kurus itu Jeffrey genggam dengan erat. Namun nggak lama Joana melepas paksa genggaman Jeffrey.

Joana memundurkan langkahnya hingga berjarak cukup jauh dengan Jeffrey. Matanya mulai memerah karena menahan desakan tangis. Sementara Jeffrey sudah didera frustasi. Ingin berteriak dan mencegah Joana yang tengah menjauhinya. Tapi tiba-tiba tenggorokannya seperti tersumpal. Membuatnya sama sekali nggak bisa mengucapkan sepatah katapun.

"Aku pergi, Jeff. Jaga diri. Aku yakin ... kamu akan bahagia tanpa aku."

Hanya gelengan kuat yang bisa Jeffrey berikan. Bibirnya sebenarnya ingin sekali meneriakan kalimat jangan pergi. Tapi sama sekali nggak bisa. Lalu kini yang bisa Jeffrey lakukan cuma menatap Joana yang berbalik dan perlahan meninggalkannya.

"Na ...."

"Jangan pergi ...."

"NANA!!"

"Haaah ... hah ... hah ...."

Tubuh yang masih terbalut kemeja kerja itu kini terduduk tegap dengan keringat yang bercucuran. Segera setelah bangun dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Dan ternyata dia berada di kamarnya sendiri, di kediaman orang tuanya.

Jeffrey langsung menutup wajahnya. Menghela napas pelan saat sadar akan mimpi yang baru saja mendatanginya. Mimpi itu terasa sangat nyata sampai-sampai Jeffrey pikir tadi dia nggak sedang bermimpi. Bahkan Jeffrey masih bisa mengingat bagaimana lembutnya tangan kurus Joana yang sempat ia genggam walau cuma sepersekian detik itu.

Tiba-tiba Jeffrey bangkit dan meraih kunci mobilnya yang kebetulan tergeletak di atas nakas.
Saat ini yang ada di pikirannya adalah pergi menemui Joana dan memastikan kalau Joana masih ada di Jakarta.

"Mau ke mana?"

Brugh

"Jeffrey!!"

Anna yang baru datang dengan membawa nampan berisi bubur dan teh hangat pun langsung meletakkan nampannya di atas nakas. Diiringi rasa khawatir wanita itu bergegas membantu Jeffrey berdiri dan memapahnya kembali ke tempat tidur.

Keringat dingin terlihat kembali menghias wajah Jeffrey yang kelihatan makin pucat. Anna pun berinisiatif menyentuh kening sang putra untuk memeriksa suhu tubuhnya.

"Badan kamu panas banget, J," ujar Anna khawatir.

"Ma ... J harus ketemu Nana," ucap Jeffrey dengan nada lemah.

Anna menggelengkan wajahnya. Pertanda dia nggak mengizinkan Jeffrey pergi.

"Kamu harus istirahat. Makan dulu abis itu minum obat. Nanti kalo demam kamu udah turun ... baru Mama biarin kamu ketemu Nana," jelas Anna.

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang