Joana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...
Hai, guys! Malam ini aku double up, ya. Tapi sebelum itu ada yang perlu aku sampein. Jangan skip! Jangan scroll dulu! Hehehe.
Jadi aku minta bantuan kalian untuk like dan komen postingan ini sebanyak-banyaknya. Pokoknya komen yang banyak. Di sini pasti udah pada baca cerita Jaehyun yang ini, kan? Nah, pas banget! Kalian bisa tulis kesan-kesan kalian sama cerita ini di kolom komentar penerbitnya. Minta bantuannya, ya, guys.🥺❤️❤️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••••
Tok Tok Tok
"Juna, sarapan udah siap!"
Selang 5 detik pintu pun dibuka dari dalam. Sosok Juna dengan reapedjeans dan kaos putih berlapis jaket denim sudah berdiri di depan Joana. Di bahu kiri cowok itu tersampir tas kesayangannya.
Bibir Juna tertarik membentuk lengkungan tipis. "Pagi, Kak!"
Joana cuma membalas sapaan Juna dengan senyuman tipisnya. Ia mengelus pelan helaian rambut hitam Juna lalu beranjak menuju ruang makan. Juna pun mengikuti Joana dari belakang.
"Hari ini aku pulang awal. Kakak mau jalan-jalan nggak?" tanya Juna setelah duduk di meja makan.
Joana meraih piring dan mengisinya dengan nasi goreng yang sudah dia masak.
"Awalnya jam berapa emang?" tanya Joana. Tangannya menyerahkan satu piring nasi goreng untuk Juna.
Juna menerima piring tersebut lalu berkata, "Sekitar jam 1. Gimana?"
Cewek itu mengangguk lalu menggeleng. Ia duduk berhadapan dengan Juna yang sudah menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Alis kanan Juna terangkat kala melihat Joana yang cuma duduk tanpa mengisi piringnya dengan nasi goreng. Di depannya cuma ada secangkir kopi hangat.
"Kakak nggak sarapan?" tanya Juna.
Joana menggeleng tanpa minat. "Males."
Kemudian Juna melanjutkan aktivitasnya sambil sesekali mengajak sang Kakak mengobrol. Walau akhirnya cuma dijawab anggukan atau gumaman singkat.
Nggak lama Juna selesai dengan sarapannya. Dia meraih segelas air mineral yang sudah Joana siapkan dan meminumnya hingga tandas.
Cowok itu berdiri dan menghampiri Joana. Kecupan singkat pun mendarat di kening Joana bersama senyum Juna yang nggak pernah luntur. Senyum yang selalu memaksa Joana untuk tetap kuat walau nyatanya dia sudah ingin menyerah.
"Juna berangkat dulu, Kak," pinta Juna.
"Hmm. Hati-hati," ucap Joana.
Juna meninggalkan rumah minimalis yang kini hanya dihuni oleh dirinya dan Joana itu. Lantas sekarang tersisa Joana yang duduk diam. Menghadap cangkir kopinya yang belum tersentuh sama sekali.