11

6.3K 659 27
                                    

Pagi ini rasanya Joana enggan beranjak dari kasur. Dia malas pergi kerja apalagi sampai bertemu Sean.

Joana masih ingat gimana ekspresi Sean waktu kemarin dia mengakui Jeffrey sebagai pacarnya. Terlihat jelas Sean agak nggak suka. Ya, siapapun pasti akan bereaksi sama kalau tau Joana pacaran sama Jeffrey. Dari wajahnya aja sudah bisa ditebak cowok seperti apa Jeffrey.
Tapi Joana nggak punya pilihan selain bilang kalau dia dan Jeffrey ada hubungan.

Joana sudah siap berangkat ke kantor. Hari ini dia pakai busana semi formal nggak seperti biasanya. Mungkin karena mood-nya juga lagi buruk.

Saat akan keluar rumah, ponsel Joana berdering menampilkan panggilan masuk dari Ten. Sejak kemarin cowok itu memang gencar menghubungi Joana. Tentunya untuk mendengar penjelasan dari Joana. Tapi sayangnya Joana masih belum pengin menjelaskan apapun sama Ten. Singkatnya Joana lagi diserang sindrom 'malas ngomong'.

Joana mengabaikan telepon dari Ten. Dia pun keluar rumah sambil menenteng tasnya.

"Pagi, sweetheart!"

Mata Joana terpejam singkat saat dengar suara yang sudah nggak asing itu.
Lalu, kaki Joana mengambil langkah cepat guna menghampiri laki-laki yang sudah rapi dengan setelan kantornya itu.

"Mau ngapain ke sini? Belum cukup kemarin lo bikin gue terpaksa bohong sama pak Sean?!" ujar Joana dengan nada sengit.

Jeffrey nggak kelihatan gentar sama sekali. Justru sekarang cowok itu lagi memasang senyum manis dan pipi bolong khasnya. Jeffrey lalu meraih tangan Joana dan menggenggamnya lembut.

"Mau ke kantor, kan? Yuk, aku anter," kata Jeffrey.

"Ck! Nggak usah pegang-pegang!" sentak Joana.

Cewek itu menghempaskan genggaman Jeffrey.
Sorot matanya kelihatan amat sangat nggak suka sama kehadiran Jeffrey apalagi perilaku Jeffrey yang terkesan seenaknya.

"Ancaman aku masih berlaku, Jo," ujar Sean. Mimik wajahnya berubah serius.

Joana senyum sinis. Matanya pun ikut melirik sinis ke arah Jeffrey. Ya, sepertinya hobi Joana memang bersikap sinis sama cowok berwajah pangeran itu.

"Terus kenapa? Lo mau bongkar ke pak Sean? Lo mau bilang ke semua orang? Iya?!! Oke!! Fine!! Lakuin aja. Gue nggak takut!!" seru Joana.

"Kamu yakin?"

Jeffrey mendekati Joana. Membuat Joana mundur secara perlahan sampai pinggangnya menabrak pagar rumahnya yang memang cuma sebatas pinggang.

"Kamu bener-bener yakin? Kamu nggak akan nyesel?"

"Ya-yakin. Kena--"

"Kasih aku kesempatan, Jo."

Seketika alis Joana saling bertaut. Nggak paham sama maksud Jeffrey. Apalagi waktu melihat sorot mata Jeffrey yang keliatan begitu putus asa. Jelas sekali itu nggak seperti Jeffrey yang selama ini Joana lihat.

Joana hampir memekik waktu Jeffrey meraih tengkuknya. Mendorongnya hingga bibirnya hampir bersentuhan dengan bibir Jeffrey.

"Kasih aku kesempatan untuk bikin kamu suka sama aku, Jo," bisik Jeffrey.

"Sampe kapanpun gue nggak akan pernah suka sama lo. Jadi nggak ada gunanya walaupun gue kasih lo kesempatan," jawab Joana dengan nada pelan.

Mata Jeffrey berubah mengintimidasi.  "Aku kasih kamu dua pilihan, Jo. Kasih aku waktu selama 30 hari untuk bikin kamu suka sama aku atau ...."

"Atau apa?"

"Atau foto-foto itu bocor ke publik dan reputasi Bellaro hancur."

Tangan Joana terkepal kuat. Matanya memerah menahan amarah yang membludak keluar. Bahkan gigi-gigi Joana sudah bergemeretak nggak karuan gara-gara Jeffrey.

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang