19

4.6K 504 19
                                    

"Tante kenal Om J?"

"Om J?"

Pandangan Joana kembali pada sosok bertubuh tegap itu. Sementara otaknya tengah memproses pertanyaan Zia. Lebih tepatnya sedang mengingat-ingat kira-kira di mana Joana pernah dengar panggilan J tersebut. Tapi hingga Jeffrey tiba di depannya ingatan itu sama sekali nggak menemui titik terang.

Kini, bisa Joana lihat senyum merekah Jeffrey yang selalu memunculkan cekungan di pipinya. Jeffrey mengusak puncak kepala Joana lalu mengambil alih Zia ke dalam gendongannya.

"Tau dari mana kalo gue di sini?" tanya Joana tanpa basa-basi.

Jeffrey menggenggam tangan Joana dengan lembut. "Dari Sean. Dia kasih tau aku kalo kamu lagi di sini sama Zia."

"Om J, nanti temenin Zia naik wahana itu, ya!" seru Zia antusias. Jari kecil gadis cilik itu tengah menunjuk ke arah roller coaster yang jaraknya nggak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Siap, Tuan Putri!" sahut Jeffrey tak kalah antusias.

Kemudian cowok itu membawa Zia menuju antrian wahana roller coaster. Joana pun setia mengikuti di belakang Jeffrey yang tengah menggendong Zia.

"Tante ikut naik, kan?" tanya Zia diiringi tatapan polosnya.

"Sama Om Jeffrey aja, ya?" tawar Joana.

Bukannya Joana nggak mau. Masalahnya Joana nggak berani sama ketinggian. Apapun itu asal jangan suruh Joana buat berada di ketinggian.

Wajah Zia langsung cemberut begitu dengar penolakan Joana. Tangan kecil Zia sudah mencengkeram kerah tuksedo Jeffrey.

"Jo, ikut aja, ya? Kasihan Zia," bujuk Jeffrey.

"Gue nggak bisa. Gue phobia ketinggian, Jeffrey," jelas Joana.

"Pokoknya Tante harus ikut!!" seru Zia dengan suara serak pertanda akan segera menangis.

Jeffrey mencoba membujuk Zia dan membuat Zia melupakan opsi mengajak Joana naik roller coaster. Tapi ternyata nggak semudah itu. Zia keras kepala persis seperti Sean. Gadis cilik itu susah dibujuk dan akhirnya malah menangis dalam gendongan Jeffrey. Membuat Jeffrey merasa bersalah. Begitupula dengan Joana yang sekarang tengah mengusap wajahnya kasar. Bingung harus bagaimana menyikapi Zia.

"Pokoknya sama Tante Nana!!!" seru Zia sambil memukul-mukul dada Jeffrey.

"Zia, nggak boleh gitu. Tante Nana nggak bisa. Nanti kalo Tante sakit gimana?" bujuk Jeffrey.

Gadis cilik itu tetap menangis dan memukuli dada Jeffrey. Yang pada akhirnya membuat Joana terpaksa membuang segala ketakutannya.

Joana mengambil alih Zia dan menggendongnya sambil mengecupi pipi Zia yang berurai air mata.

"Tante akan ikut. Tapi Zia nggak boleh nangis," kata Joana.

Seketika tangis Zia pun berhenti. Mata sembabnya menatap Joana dengan polos. Seakan sedang mencari kebohongan dari sorot mata Joana.

"Jo ...," gumam Jeffrey khawatir.

"Jangan nangis lagi! Nanti Tante nggak jadi ikut," ujar Joana memberi ultimatum pada Zia.

Gadis cilik itu mengangguk patuh dan mengusap air mata yang masih menghias wajahnya. Kemudian senyuman lebar pun menghias wajah ayu Zia. Membuat Joana menghela napas lega karena akhirnya bisa mengembalikan senyum Zia walau resikonya ia harus naik roller coaster. Wahana di taman hiburan yang paling dia benci sejak dulu.

"Jo, kamu serius?" tanya Jeffrey.

"Nggak apa-apa. Nggak usah khawatir," jawab Joana berusaha menenangkan Jeffrey yang kelihatan khawatir.

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang