Lebih dari 100 komen cus double up! Suwerrr!! Nggak boong!
😁😁😁"Juna, kamu kenapa?"
"Mama, Kak ...."
"Mama kenapa?"
"Mama koma ...."
Joana jatuh terduduk di kursi samping Juna. Pandangannya kosong lalu air matanya berjatuhan tanpa perlu menunggu lama.
Seakan peka dengan kondisi sang Kakak, Juna pun membawa Joana ke dalam pelukannya. Berusaha menguatkan sang Kakak walau nyatanya sekarang dia juga sama-sama kacau. Ya, kacau. Sangat kacau malah.
"Tadi kondisi mama menurun ... dan dokter bilang kalo mama koma," gumam Juna masih sambil mendekap Joana.
Nggak ada satupun kata yang sanggup Joana ucapkan. Sekarang dia cuma bisa menangis dalam pelukan adiknya. Meluapkan kesedihan juga kecemasan yang kembali menyerangnya.
Bagaimana kalau terjadi apa-apa pada mamanya? Sekarang kekhawatiran itu menjadi nyata. Nilam yang ia kira akan bangun justru dinyatakan koma. Jelas semua ini nggak pernah Joana harapkan.
Tangan cewek itu meremat ujung jaket Juna. Sementara gigi-giginya menggigit kuat bibirnya. Bukan untuk menahan isak tangisnya. Tapi untuk melampiaskan amarah yang mendadak menyerbunya.
"Kak ...," lirih Juna saat sadar akan betapa kuat cengkeraman tangan Joana di jaketnya.
"Mama nggak akan kenapa-napa, Kak," ujar Juna.
"Salah gue, Jun ...," lirih Joana.
Juna menggeleng kuat untuk menampik pernyataan Joana. Jelas ini bukan salah Joana. Karena bagaimanapun juga Joana sudah berusaha semampunya untuk bisa sampai ke rumah dengan cepat. Bukan salah Joana juga bukan salah Juna. Ini hanya bagian dari takdir yang nggak bisa mereka terima.
"Kakak nggak salah. Jangan pernah nyalahin diri sendiri, Kak," ujar Juna yang sudah sedikit lebih tenang.
"Permisi! Mas Juna, Teh Nana?"
Dua bersaudara itu saling melepas pelukan ketika seseorang memanggil nama mereka. Di depan mereka sudah ada Mia salah satu tetangga Nilam.
Wajah cewek usia 24 tahun itu berubah muram ketika melihat kondisi Joana dan Juna. Ia meletakkan bingkisan buah yang ada di tangannya kemudian duduk di samping Joana.
"Maaf ya, Teh," ujar Mia tiba-tiba.
"Maaf buat apa, Mbak?" tanya Juna heran.
"Jadi, kemarin itu saya kebetulan lewat depan rumah bu Nilam. Pas lewat saya denger ada suara orang berantem terus kayak barang-barang dibanting gitu. Setelah itu saya liat pak Aslan keluar rumah dan pergi gitu aja. Tadinya saya udah mau liat bu Nilam tapi keburu calon suami saya jemput jadi ...."
Jadi benar? Aslan penyebab semua ini? Sejak sebelum mendengar penjelasan Mia Joana masih berusaha berpikir positif dan nggak benar-benar mempercayai dugaan bahwa Aslan yang melukai Nilam. Namun kini dugaannya terbukti benar. Aslan adalah orang yang membuat Nilam harus mengalami hal ini.
"Kak? Mau ke mana?" tanya Juna ketika tiba-tiba Joana berdiri.
"Bikin perhitungan sama laki-laki brengsek itu," desis Joana.
Persetan dengan Juna dan Mia yang berusaha menghentikannya. Kini, Joana sudah melangkahkan kakinya keluar rumah sakit.
Sebenarnya dia juga sedikit menyalahkan Mia. Kalau aja Mia nggak egois dan mau melihat mamanya sebentar sebelum pergi pasti hal ini nggak akan terjadi. Pasti Nilam nggak akan pingsan sendirian sampai selama itu. Pasti Nilam juga nggak akan koma.
![](https://img.wattpad.com/cover/259391098-288-k849431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
FanfictionJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...