18

4.9K 506 11
                                    

Sesuai janji aku hari ini aku double up, ya. Selamat membaca kawan-kawan!

Sesuai rencana hari ini Joana akan jalan-jalan dengan Zia dan Sean. Hari ini Joana cuma kerja setengah hari dan setengah harinya lagi akan ia gunakan untuk jalan-jalan dengan Zia dan Sean. Tenang aja itu semua juga atas usulan Sean. Joana sebagai karyawan yang baik cuma perlu ikut aja.

Sekarang Joana sudah siap-siap di ruang kerjanya. Dia sedang membereskan beberapa berkas yang masih berserakan, mematikan komputer lalu memakai blazer warna pink soft miliknya. Setelahnya Joana keluar dari ruangan.

"Saya pergi dulu, ya! Nanti nggak usah ada yang lembur," ujar Joana pada rekan-rekannya yang tengah sibuk di kubikel masing-masing.

"Siap, Kak!" sahut Dila.

"Oke, Kak. Hati-hati!!" seru Dhaka.

"Ati-ati, Bu Bos!" seru Naomi.

Sementara Ten cuma senyum tipis dan melambaikan tangannya. Seolah memberi isyarat pada Joana agar segera pergi.

Tanpa menunggu lama Joana pun bergegas keluar. Saat sampai di basement sudah ada Sean yang berdiri santai di depan mobil mewahnya. Lelaki itu tersenyum ketika melihat kedatangan Joana.
Lantas Joana segera menghampiri Sean tanpa menghilangkan senyumnya.

"Berangkat sekarang aja?" tanya Sean.

Joana mengangguk mantap. "Iya, Pak."

Cewek itu sudah akan beranjak menuju mobilnya tapi Sean mencegahnya.

"Pake mobil saya aja. Nanti biar mobil kamu diantar ke rumah sama supir saya."

Akhirnya Joana setuju dengan usul Sean. Lagipula sekalipun ingin menolak Joana harus berpikir dua kali. Sebab ini adalah Sean, atasannya di tempat kerja. Akan sangat nggak sopan kalau Joana menolak usulan Sean.

"Zia apa kabar, Pak?" tanya Joana setelah berada di dalam mobil yang Sean kemudikan.

"Kalo pengin tau kabar Zia kenapa nggak main ke rumah? Zia setiap hari nanyain kamu, Jo," ucap Sean dengan nada tenang.

Dijawab seperti itu Joana cuma bisa menggaruk tengkuknya. Nggak tau harus merespon dengan kalimat seperti apa. Kalaupun Joana menyanggah pasti cuma akan terdengar seperti alasan bagi Sean. Jadi, pilihan terbaik adalah diam, kan?

"Jo ...."

"Iya, Pak?"

Terjadi jeda selama beberapa detik sebelum Sean melanjutkan kalimatnya.

"Bisa nggak kamu jangan panggil saya Pak kalo lagi di luar kantor? Ya, saya tau kalo saya emang Bapak satu anak tapi ... tetep aja kesannya saya terlalu tua di mata kamu."

"A-ah, iya. Jadi, saya harus panggil apa?"

"Panggil Kak aja. Kayak jaman SMA."

Joana tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. Senyum Joana nggak kunjung luntur karena mendadak teringat dengan masa-masa SMA yang dia miliki. Banyak kenangan indah yang dia miliki bersama Sean.
Setiap saat rasanya Joana ingin mengucapkan terimakasih pada Sean karena Sean sudah ada di sampingnya disaat masa-masa sulitnya.
Sean juga yang mengajarkan pada Joana bahwa cinta tidak harus memiliki. Ketika Joana jatuh cinta pada Sean hati Sean sudah jadi milik Naura, mantan istrinya. Saat itu Joana sakit hati tapi dia juga sadar diri dan akhirnya belajar untuk merelakan Sean serta menganggap Sean sama seperti saat mereka baru saling kenal.

"Maafin saya, Joana."

Lamunan Joana buyar begitu aja saat Sean kembali bersuara. Saat itu juga Joana sadar bahwa mereka sudah sampai di salah satu taman hiburan yang ada di Jakarta.
Ah, jadi sejak tadi dia cuma melamun?

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang