[44] Pelapor Rahasia

1.2K 212 42
                                    

HAPPY READING💚

Semua bernafas lega setelah kedatangan seseorang yang meminta pendapat. Akhir-akhir ini yang datang menemui mereka sekedar meminta saran, lumayan sering juga sih.

Mereka turun ke lapangan saat bertugas mengecek keadaan yang ada di sekolah. Tadi pagi Yovie dan Alendra menangkap adik kelas yang ketahuan sedang merokok di belakang kelasnya.

Adanya komunitas Hupers ini sangat membantu warga sekolah, dan juga komunitas itu semakin banyak dikenal. Tapi tetap saja ada yang tidak menyukainya, terutama orang-orang yang ketahuan merokok atau kenakalan yang sering dilakukan secara diam-diam.

Percaya gak percaya, bahwa anggota Hupers pernah mendengar seorang guru berkata, bahwa para guru lebih menyukai orang yang melakukan kenakalan dengan terang-terangan. Semisal bandel tidak mematuhi aturan pakaian, berkata kasar, dan sering membuat onar, dibandingkan dengan orang-orang yang terlihat baik nyatanya diam-diam melakukan.

"Hah?" pekik Alwan tiba-tiba sampai mengundang curiga.

"Kenapa, Wan?" tanya Naya.

Alwan menoleh dengan wajah tidak percaya. "Seriusan ada yang terlibat narkoba?"

"Heh, siapa anjing!" Johan langsung menghampiri Alwan karena penasaran.

"Katanya murid sini."

"Halah haox tuh," ujar Yovie terlihat santai.

Johan merebut ponselnya dan melihat isi DM yang mengejutkan itu.

"Kak ada kelas 12 yang sering main ke club, dan gue lihat dia sering gabung sama orang-orang yang katanya mengedarkan narkoba. Gue curiga orang-orang itu terlibat." Baca Johan agar yang lain bisa mengetahuinya.

"Coba lo tanya siapa orangnya," titah Alendra.

Dan Johan mengembalikan ponselnya pada Alwan agar dia yang membalasnya.

Tak lama menunggu langsung dibalas. "Gue gak bisa kasih tau. Mendingan kalian cari di club biar percaya."

"Ini gak bisa cuma gini doang. Kita harus temui orang ini biar jelas."

"Gue setuju sama Yovie. Takutnya ini orang mau jebak kita, bukan orang-orang itu yang ke club, tapi malah kita!" jelas Naya dan yang lain pun setuju dengan pendapatnya.

"Dia gak mau ketemu," ucap Alwan.

"Lo minta nomer telepon dia. Kalo dia masih gak mau, berarti bener cuma main-main," kata Alendra.

Alwan pun menuruti dan dengan cepat orang itu mengirimkan nomernya. Cowok itu segera menghubungi lewat sambungan telepon, dengan cepat juga langsung diangkat.

"Hallo kak."

"Njir cewek," celetuk Johan kaget. Naya langsung menyuruh Johan untuk diam.

"Info yang lo kasih bener gak? Jangan main-main lo," ucap Yovie karena Alwan tidak mau berkata.

"Bener kak, gue gak bohong. Beberapa orang ada yang dari sekolah ini. Tapi gue gak yakin mereka semua terlibat apa nggak." Ada yang aneh, suara gadis itu terdengar berbisik.

"Kita gak bakal percaya kalo lo gak nemuin kita."

"Nggak bisa kak. Gue takut dia tau kalo gue laporin ini."

"Heh, lo jangan bercanda. Info yang lo kasih bukan sembarangan dan kita gak mau selidiki kalo ini gak bener," tegas Alendra.

"Gue gak bohong, kalian bisa cari langsung ke club—"

"ANA!"

"Iya..." Setelah mendengar bentakan suara cowok sambungan langsung terputus.

Sangat mencurigakan. Pertama suaranya seperti berbisik dan bergetar ketakutan, dan yang kedua setelah ada yang memanggil namanya telepon langsung diputuskan.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang