[54] Cracked

1.2K 209 38
                                    

HAPPY READING💚

Pukul 7 malam Laras sedang mengerjakan tugas kimia, sejak 30 menit yang lalu ada satu soal yang tidak bisa ia pecahkan, membuat otaknya ingin berkata henti. Tapi Laras tidak ingin berhenti sebelum semua tugasnya selesai, teman yang mana dengan sukarelanya memberi jawaban, yang ada mereka yang datang meminta jawaban.

Laras juga sampai mengabaikan notif yang mucul di layar ponsel, entah itu dari Whatsapp, Instagram, atau yang lainnya. Tapi tiba-tiba dia terganggu karena ada yang menelepon, terlebih lagi Laras dibuat kaget bahwa yang meneleponnya itu Alwan.

"Hallo, kak?" ucap Laras.

"Lo lagi di mana sih, dichat nggak dibales."

Kedengarannya Alwan seperti kesal. Tapi... Alwan memang begitu setiap kali bertemu dengannya, jadi Laras tidak heran lagi.

"Di rumah lah kak. Lagian tumben banget nelepon. Eh bukan tumben, tapi aneh tiba-tiba nelepon, ini pertama kalinya kak Alwan telepon duluan loh."

"Banyak omong banget. Mending lu temui gue di depan indomart dah, cepetan!"

"Itu di mana kak?"

"Yang deket rumah lu."

"Emang ken—"

"Cepatan gak lu! Kalo gak dateng gue samperin ke rumah."

"JANGAN!" Laras reflek berteriak, tapi dia langsung menutup bibirnya sambil melirik pintu kamar, berjaga-jaga takut orang tuanya bisa saja datang.

"Iya, aku ke sana sekarang."

Setelah panggilan berakhir Laras menarik jaket yang menggantung di belakang pintu serta dompet kecil. Ia sengaja membawa uang agar tidak dicurigai jika mau keluar.

"Mah, aku mau beli cemilan dulu ya."

Wanita yang sedang mengajari anak laki-lakinya membaca di ruang tamu langsung mencegahnya.

"Kakak mau ke indomaret?" Laras mengangguk. "Mama titip beli minyak goreng dong, bentar ambil duit dulu."

"Pake duit kakak dulu deh, Mah."

Laras langsung pergi tanpa pamit. Papanya yang baru datang dari dapur tentu merasa curiga, untungnya diberi penjelasan oleh sang istri.

Tempat yang dimaksud tidak terlalu jauh, lima menit berjalan sudah sampai. Karena Papa Laras lumayan ketat pada anak-anaknya, jadi Alwan tidak pernah mengantar Laras sampai rumahnya.

Laras berlari kecil setelah menyeberang, dia melihat Alwan yang sedang menatapnya dengan wajah datar.

"Ada apa sih kak?"

"Duduk dulu napa?!"

Gadis itu malah menyengir dan akhirnya menuruti perintah Alwan. "Gue gak mau lama-lama ngobrolnya, jadi—"

"Iyalah gak usah lama, aku izinnya mau jajan," potong Laras.

Tapi setelah melihat pelototan kakak kelasnya itu, Laras langsung menutup bibirnya sambil menyengir dibalik tangan

"Yaudah makanya diem kalo gue ngomong. Jangan ngomong sebelum gue selesai!"

Laras mengangguk berulang kali sambil menunjukan jarinya pertanda oke.

"Gue ke sini mau nyampein kalo lo dipilih buat gantiin kita di Hupers."

Melihat Laras sudah membuka mulutnya, cowok itu segera memberi aba-aba agar Laras tetap diam.

"Diem dulu kata gue juga, gak boleh ngomong sebelum selesai." Gadis itu mengangguk lagi.

"Gue tau lo bakal dikasih tau besok sama temen-temen, cuma gue mau lo biar gak kaget pas tau ini. Intinya sih lo harus persiapan diri dan yakin, mereka kayaknya gak bakal setuju kalo lo tolak."

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang