[4] Rencana

3.7K 585 36
                                    

HAPPY READING 💚


Pagi hari ini Naya hanya sarapan dengan saudaranya. Orang tua mereka sudah berangkat saat subuh.

Baik ada orang tua ataupun tidak, tetap saja Naya bersikap seperti biasa, diam tanpa menikmati makanannya.

"Mau ke mana lo?"

"Berangkat," jawab Naya.

"Cuci dulu piringnya. Sekalian punya gue nih."

"Bisa kan nyuruh Bibi?"

"Mau gue laporin ke Papa?"

Naya menghela nafas. Bukan tidak mau mencuci hanya dua piring. Namun sebelum ia ke sekolah, ia mau pergi ke tempat fotokopi karen tugas dari guru minggu lalu yang belum difotokopi.

"Gue bisa telat."

"Gak peduli."

Cowok itu langsung mengambil tas hitamnya dan pergi dari ruang makan. Terpaksa Naya mencuci piring-piring itu. Pembantunya pun entah pergi ke mana, Naya belum melihatnya sejak ia di meja makan.

Segera Naya menjalankan motornya lebih cepat dari biasanya. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 06.30. Masuk memang pukul 7, tapi pasti akan terlambat karena harus menunggu.

Saat di tempat fotokopian ia harus menunggu. Naya pasrah dirinya akan terlambat, 10 menit lagi gerbang pasti akan ditutup.

Setelah membayar Naya mempercepat laju motornya lebih dari sebelumnya. Satu menit sebelum pukul 7, gadis itu sudah sampai di depan gerbang.

Ada beberapa anak OSIS yang bertanggung jawab mencatat siapa saja yang telat dan ditemani oleh penjaga sekolah.

"Ngapain aja lo telat?"

Naya menatap kesal cowok itu. "Gue ke fotokopian dulu."

"Alesan. Lebih semenit aja, dihukum."

Tapi Naya tidak memperdulikan ucapan sinis cowok itu. Lagian dirinya tidak telat kan?

Setelah memarkirkan motornya, Naya bergegas untuk ke kelasnya. Jam pertamanya pelajaran matematika dan guru tersebut tidak mau mentolerir keterlambatan sedikitpun

Di jalan menuju kelasnya, Naya bertemu guru tersebut. Dengan langkah cepat, Naya menghampirinya.

"Assalamualaikum. Pagi Pak," sapa Naya sambil bersalaman.

"Baru dateng?"

"Iya, Pak. Tadi di tempat fotokopi ngantri." Naya meringis saat melihat tatapan tajam guru itu.

"Saya bawain, Pak. Kelasnya kan masih lumayan jauh."

"Terimakasih." Guru tersebut memberikan bawaannya ke tangan Naya.

"Sama-sama, Pak.

Naya bisa bernapas lega. Gurunya tidak marah karena keterlambatannya.

🐱THE ANJAY🐱

Ketika bel baru saja berbunyi semuanya langsung berlarian keluar, padahal guru yang mengajar di 11 IPS 3 masih membereskan barang-barangnya.

Naya memutar tubuhnya, melihat 4 temannya juga sudah bersiap untuk ke kantin.

"Gue istirahatnya nanti aja istirahat kedua."

"Yaudah kita juga ntar," putus Alendra dan kembali duduk di kursinya.

"Mending kita bahas rencana kita aja."

Yovie menarik kursinya keluar dari meja, dan duduk di tengah jalan yang memisahkan antara Alendra dan Naya.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang