[8] Penghuni Kelas

2.7K 431 24
                                    

HAPPY READING💚

Istirahat kedua mereka tidak pergi ke kantin. Kelima remaja itu memilih untuk main sambil menunggu adzan duhur. Dan tempat yang dipilih di lapangan.

Alendra dan Johan sedang memainkan bola basket, mereka berdua memang anak basket. Sedangkan Alwan dan Yovie duduk di pinggir lapang tepat di bawah pohon. Tentunya bersama Naya yang sedang meluapkan kemarahannya pada pohon tidak bersalah itu.

Naya masih kesal dengan kejadian kepergok tidur di kelas oleh guru Ekonomi, ditambah lagi Yasmin yang bikin suasana makin panas.

Gadis itu masih tidak terima dengan perlakuan Reza yang seenak udelnya saja. Bikin malu di kelas, dan bikin amarah meledak-ledak.

"Arrghh! Gue benci guru itu. Gue benci si sialan Juan. Gue benci si kampret Yasmin. Dan gue benci diri gue sendiri."

Sambil berteriak Naya menendang-nendang pohon dengan sekuat tenaga.

"Yo, itu temen gue bukan sih?" ucap Alwan dengan pandangan fokus pada ponsel.

"Bukan," sahut Yovie begitu polos.

Cowok itu sedang membuat lubang di tanah menggunakan ranting pohon.

Emang deh dua orang itu gak ada manfaatnya cuma berdiam di pinggir lapang. Menunggu kedua temanya yang sedang main basket dan menunggu babi ngamuk biar gak kabur.

"Dengan kekuatan petir dan geledek. Akan kuhancurkan para keparat itu. Hiyaaaaah!"

Tak henti-hentinya Naya menendang, memukul, meremas daun yang menjuntai pendek. Pokoknya pohon tak berdosa itu tepat menjadi sasaran Naya yang seorang anak silat.

Johan melirik Naya sebelum melempar bolanya, lalu fokus pada ring di atas sana.

"Gue baru tau si Naya punya sikap kayak gitu."

Dengan memantul-mantulkan bola basket, Alendra juga melihat Naya yang sedang tidak waras.

Siapa yang tidak heran melihat sikap Naya yang berbeda kali ini. Biasanya dia akan terlihat dewasa, tidak pedulian, tapi sekarang gadis itu bisa dikatakan gila.

"Gue rasa butuh diruqiyah."

"Le, jangan-jangan hantu yang kemarin itu masih ada di sini."

Alendra behenti dan menatap Johan was-was. "Woh bisa jadi tuh. Samperin dulu dah, takut bener gue mah."

Dua remaja itu menghampiri Alwan dan Yovie. Jarak mereka dan Naya hanya beda lima langkah. Keempat orang itu memperhatikan Naya dengan aksi gilanya.

Lalu Johan mengutarakan opininya pada dua teman lainnya dan mereka juga sependapat dengan Alendra.

"Wan, lu samperin mendingan," titah Yovie. Cowok itu juga merasa takut jika memang benar.

"Ah, lo aja sana. Gue takut kena cakar."

"Ya sama." Yovie melirik Alendra. "Lo pemberani tuh, sana samperin."

"Kagak!" tolak Alendra tegas.

Saat gadis yang sedang mengamuk itu menoleh pada mereka, para cowok itu was-was dan ketakutan.

"Johan, siniin bolanya."

Johan gemetaran. Tangannya yang sedang memegang bola hampir saja menjatuhkannya. Yovie menyenggol siku cowok itu untuk segera menyerahkannya pada Naya. Johan melirik ketiga temannya sebelum melempar bola basket itu.

Naya berjalan sambil mendribble bola ke tengah lapang sambil mengoceh tidak jelas. Keempat cowok itu masih mematung, memperhatikan Naya dengan tingkah anehnya.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang