[11] Viral

2.6K 399 20
                                    


HAPPY READING💚

Di ruang UKS Naya sedang diobati oleh Alendra. Cowok itu merasa bersalah karena tidak bisa membantu Naya tadi.

Harusnya yang melawan itu cowok juga biar adil. Ini 4 cowok malah nonton orang yang lagi berantem antara cowok dan cewek. Sebagai cowok Alendra merasa bersalah plus malu.

Sedangkan keempat yang lainnya malah asik bergosip. Bel masuk sudah bunyi sekitar 10 menit yang lalu. Mereka malah asik rebahan dengan alas tikar. Katanya mau menghabiskan waktu di tempat ini sampai istirahat kedua.

"Udah nih," kata Alendra setelah memberi plester di tangan Naya yang mendapat luka.

Naya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Alendra juga melakukan hal sama, lalu cowok itu ikut bergabung bersama yang lainnya. Sedangkan Naya asik rebahan di brankar sambil melihat 4 temannya di bawah.

"Kayaknya hari sial kita senin deh, guys. Besok-besok tiap hari senin gak usah sekolah lah," ucap Alwan

"Apa kita dapet kutukan ya?" ujar Johan.

"Jo, ini di jaman apa? Masih berlaku gitu?"

Johan menatap Yovie dengan sinis. "Karma aja belum hangus masa aktifnya. Berarti kutukan juga masih ada dong."

"Ya itu beda, oon! Karma emang masih berlaku. Tapi kutukan? Kayak lo pernah ngerasain aja hidup di jaman mak lampir."

"Tapi ... kayaknya senin besok sampe seterusnya mending jangan pada sekolah kalo gak mau dapet kesialan lagi."

Semuanya langsung menatap Naya yang sedang enak-enakan tidur di atas sambil melamun.

"Lo ngajak kita bolos, Nay?" tanya Alwan.

Naya menoleh dengan wajah tidak suka. "Dih siapa? Gue cuma ngasih saran, Badrun!"

"Oke aja sih gue mah. Kalo kita mau bolos ke rumah Alwan aja. Di rumah gue tau sendiri pasti dimarahin bokap," ucap Alendra.

"Emang dah Le, heran gue sama lo. Bapak sama emaknya pinter, tapi gak nurun sedikit aja ke anaknya," celetuk Yovie. "Curiga lo bukan anak mereka."

"Sialan lo. Jelas lah anak kandung."

"Heh, gue kenal baek sama keluarga tante Mom sama om Daddy. Gak mungkin lah si Ale anak pungut," bela Alwan.

"Sama aja kayak lo, Badrun! Sebelas duabelas." Tawa Johan pecah bersama Yovie.

"Heran juga gue sama lo, Wan. Bapak lo pinter, kakak lo apalagi, terus adek lo juga sama. Lah, elo?"

Alwan mendelik sinis pada Johan. "Dari Bunda gue lah."

"Iya sih, pantes."

Naya menggelengkan kepala melihat pertengkaran mereka. Emang begitu teman-temannya, bicara saling ngegas tapi tak lama biasa lagi. Kadang suka terbagi dua kubu di antara mereka dan biasanya suka random. Naya juga suka memihak ke salah satu kalau sependapat.

Brak!

Tiga cowok anak OSIS itu berdiri di ambang pintu dengan pakaian tak rapi, beda jika sedang terlihat oleh banyak orang.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang