HAPPY READING💚
Kelas XI IPS 3 tidak ada yang keluar dari tempatnya sama sekali. Aneh. Keadaan adem ayem dan mereka sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Beda seperti biasanya.
Seorang pemuda tampan memasuki kelas mereka. Tentu para cewek dibuat histeris melihatnya, layaknya para kucing yang dilempari ikan asin.
"Selamat siang semua," sapa pemuda itu.
"Siang!!"
"Perkenalkan nama saya Syahreza Adhitama. Saya guru baru yang akan mengajar pelajaran Ekonomi untuk kelas sebelas dan kelas duabelas. Cukup panggil saya dengan nama Reza. Ada yang mau bertanya?"
"Umur bapak berapa?"
Lelaki yang bernama Reza itu tersenyum manis. Membuat mereka semakin kelabakan. "Umur saya baru duapuluh empat. Ada lagi?"
"Bapak udah nikah?"
"Belum. Saya mau fokus dulu untuk bekerja."
"Bapak kok ganteng?"
Reza tertawa. "Saya tidak merasa diri saya ganteng. Tapi terimakasih untuk pujiannya."
"Pak, emang Bu Rahma kenapa gak ngajar lagi?" Itu Dika, si ketua kelas. Mana mungkin cewek-cewek di kelas IPS 3 bertanya seperti itu.
"Bu Rahma masih mengajar, tapi mengambil alih hanya kelas sepuluh."
"Terimakasih, Pak."
"Sama-sama," ucap Reza.
"Oke, sepertinya tidak ada lagi yang bertanya, lebih baik kita memulai pelajaran."
Bagi yang benar-benar belajar, materi yang diterangkan oleh guru baru itu mudah dipahmi. Namun nyatanya hanya beberapa orang yang berpikiran seperti itu. Kebanyakan menutupi dirinya dengan topeng.
Akhirnya selama 2 jam pelajaran telah selesai karena bel untuk istirahat kedua. Beberapa murid cowok langsung berlarian keluar, sedangkan murid cewek langsung mengerubungi guru baru itu.
Naya menggelengkan kepalanya ketika Yasmin ikutan seperti yang lainnya. Sedangkan Juan menunggu di tempatnya, meja yang berhadapan dengan meja guru. Mata mereka saling tatap hanya beberapa detik.
"Sholat, sholat! Udah dzuhur tuh, gak denger?"
"Ih sirik aja tuh orang," sahut Amora.
Naya tahu bahwa di sekolahannya ada murid juga yang non muslim, termasuk beberapa guru. Tapi dia tahu, kebanyakan di kelasnya orang yang beragama islam.
"Terserah. Kalo lo pada mati pas selfie gue gak bakal bantu doa."
"Siapa juga yang butuh!"
"Lagian sejak kapan lo sok deket sama kita? Biasanya juga bodoamat," kata Amora.
Di samping gadis itu ada Yasmin yang terlihat tersenyum sinis. Baginya Naya seperti mencari perhatian.
Naya menggeram kesal. Tak sengaja matanya beradu dengan mata milik guru baru tersebut. Dengan tampang kesal Naya keluar begitu saja setelahnya.
"Woee ayang, mau ke mana engkau?" teriak Johan di mejanya.
"Gila!" sentak Alwan. "Le, Yo, mau ke musholla gak?"
"Tumben? Oh pasti gara-gara kemarin nih. Puji tuhan ... kehadiran Naya berpengaruh baik pada teman-temanku," ucap Johan.
Di antara keempat cowok itu hanya Johan yang berbeda agama. Tapi tidak mempersulit persahabatan mereka, Johan menghargai apa yang sahabatnya lakukan. Begitupun sebaliknya, tidak ada penghalang bagi mereka karena beda keyakinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANJAY [END]
Teen FictionAwalnya mereka mengajak Naya bergabung masuk ke dalam pertemanan mereka karena merasa kasihan dengan gadis itu dan juga butuh orang orang waras di antara mereka. Hingga terbuatlah nama ANJAY. The Anjay adalah sebuah nama yang diambil dari nama depan...