[39] Peace

1.2K 251 31
                                    

HAPPY READING💚

Alwan terus saja memandangi kepalan tangannya dengan heran. Rasa sakitnya masih tertinggal sedikit, tapi ada hal lain yang membuat cowok itu terus kepikiran.

Keberanian dari mana ia bisa memukul Delano? Ini baru pertama kalinya Alwan memukul seseorang. Selain karena dia tidak berani, Alwan memang tidak mau mengotori tangannya untuk menyakiti orang lain, terkecuali untuk hari ini.

Kurang lebih 10 menit tidak ada yang menjawab pertanyaan Naya dengan apa yang terjadi pada Delano. Setelah tragedi Alwan memukul orang pertama kalinya, Naya berserta yang lainnya datang tepat waktu. Para gadis itu langsung memisahkan mereka.

Luka Delano sedang diobati pacarnya. Meskipun tidak terlalu parah, tapi luka lebam itu terlihat di sekitaran rahang dan pelipis.

"Plis deh, jelasin ini kenapa. Kalo gak ada yang mau ngomong juga mendingan kita balik."

Alendra, Yovie dan Johan enggan untuk menjawab seolah ancaman Naya tidak berpengaruh apapun. Dan Alwan masih memikirkan apa yang telah ia lakukan tadi.

"Semuanya gara-gara temen gila lo!" sentak Delano, pancaran matanya terlihat tidak bersahabat.

"Kita emang yang mulai duluan. Tapi kita ngelakuin ini karena ada alasan yang jelas," terang Johan.

"Alasannya apa sampai kalian harus baku hantam gini? Kalian gak suka kalo Delano ikut juga? Kan bisa diomongin baik-baik, cara laki bukan begini maksudnya!" omel Naya.

Gadis itu merasa malu atas perbuatan sahabatnya, terlebih lagi di sini ada orang yang belum terlalu dekat dengan mereka.

"Kalo si babi laut ini sadar dirinya salah, dia bakal berani ngejelasin." Alendra berkata dengan wajah datar. Setelah berucap seperti itu dia pergi entah kemana.

"Hah, babi laut?" ucap Alina dengan spontan, apalagi ekspresinya itu memeable. "Anjing laut kali."

"Babi juga ada yang hidup di laut," celetuk Alwan.

"Anjing itu terlalu kasar, gue ganti aja jadi babi." Dan Johan pun menyahut.

"Nad, bilang ke gue kalo anjing sama babi itu satu spesies!" ujar Alina yang malah ingin membahas itu.

Sedangkan Nadia malah geleng-geleng kepala sambil menahan senyum.

"Sejak kapan anjing sama babi sama," kata Yovie dengan sinis.

"Woy, Yo. Mau kemana?" teriak Johan saat Yovie langsung pergi setelah berucap.

"SAMA LAH! KAN SAMA-SAMA KAKI EMPAT," teriak Alina namun diabaikan.

"Diem lo cewek!" geretak Johan.

Cowok itu pun ikut menyusul Yovie yang pergi ke arah berlawanan dari Alendra.

Sekarang tersisa 5 orang, Naya melirik dua-duanya cowok yang masih berkumpul di sana. Jika bertanya pada Alwan tidak akan jelas, kelihatannya Alwan masih memikirkan mengapa dia bisa memukul Delano.

Ya, memang harus Delano yang ditanyai.

"Sebenarnya kalian ada masalah apa?!"

Delano mendongak, merasa bahwa pertanyaan itu ditunjukan padanya. Dan memang benar begitu.

"Mereka nyalahin gue karena udah turunin lo di jalan waktu itu."

Naya terdiam. Jadi alasanya karena membela dirinya. Naya tentu senang diperhatikan para sahabatnya, tapi dia tidak suka kalau mereka harus menggunakan cara keras. Itu salah besar.

"Ini— jangan bilang waktu Naya sakit?" tebak Nadia.

Delano melirik pacarnya dengan ketakutan. Mampus ia ketahuan!

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang