[19] Semua Panik

2K 371 27
                                    

Dengan adanya kalian gue jadi yakin. Kalau temen hanya satu itu gak akan cukup. Dan kalian membuktikan kalau kalian layak dijadikan sahabat.

Naya Isabella

HAPPY READING💚

Selasa pagi seorang guru muda bahkan satu-satunya guru laki-laki termuda di Cakra, sedang membereskan perlengkapan mengajarnya. Sesekali dia melirik jam tangannya untuk melihat waktu kapan jam mengajarnya berakhir.

Namun tak lama setelahnya bel pergantian pelajaran telah berbunyi. Reza berdiri dari kursi guru sambil menenteng tasnya.

"Untuk hari ini sampai di sini saja. Jangan lupa presentasi di hari kamis ya. Saya pamit undur diri, Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh."

"Waalaikumsalam," balas serentak dari anak-anak IPS 3.

Untuk mengakhiri pertemuan mereka guru itu tersenyum manis, membuat beberapa anak cewek langsung bersahutan genit. Reza tidak menganggapnya serius, ia tahu mereka hanya main-main saja.

Melewati beberapa kelas dengan murid ada saja yang di luar, Reza masih saja menebar senyum. Harusnya mereka yang diberi senyuman oleh Reza, malu dan mikir. Di saat sedang KBM mereka malah berada di luar kelas, ketahuan guru lagi. Memang tak ada akhlak.

Sampai di ruang guru tak banyak guru yang hadir di sana, mungkin sebagian sudah kembali ke kelas untuk mengajar. Sedangkan dirinya mendapat jadwal nanti setelah istirahat, jadi ada waktu untuk dirinya bersantai.

"Pak Reza!"

Sisca, salah satu guru olahraga. Memiliki tubuh ideal dan masih single, sering kali menjadi lirikan anak-anak nakal. Tak tanggung-tanggung mereka mengatakan cinta atau menggodanya. Namun Sisca sama seperti Reza yang tidak meladeni mereka.

"Iya bu Sisca, ada apa?"

Guru yang sudah lengkap berpakaian olahraga itu duduk dengan canggung.

"Begini Pak, saya denger-denger pak Reza jago renangnya ya?"

"Ah bu Sisca ada-ada saja. Biasa aja kok Bu, kebetulan renang salah satu olahraga favorit saya. Memangnya ada apa?"

Sisca tersenyum.

"Hari ini saya ada jadwal mengajar, kebetulan materi hari ini renang. Tapi Pak saya sedang halangan jadi tidak bisa praktek."

Dengan malu-malu Sisca menjawab dan Reza masih menunggu ucapan selanjutnya. "Pak Reza bisa bantu saya?"

Reza terlihat ragu, bagaimana pun itu bukan bidangnya. Meski ia memang bisa renang dan tahu gerakan-gerakan dasar renang. Tapi ini bukan bidangnya. Lagipula, bukankah masih ada guru lain?

"Saya gak tau harus minta tolong sama siapa lagi. Pak Rey juga kan lagi nganter turnamen anak-anak futsal, Pak."

"Tapi ini bukan bidang saya loh."

"Iya saya tau, tapi kasian murid-murid kalo gak bisa praktek hari ini, bisa-bisa mereka ketinggalan. Saya tadi sudah melihat jadwal pak Reza, kebetulan lagi kosong kan? Saya juga sudah konfirmasi sama kurikulum, katanya boleh kalo pak Rezanya mau. Jadi mau ya Pak?!"

Reza menghela nafas. Tidak ada salahnya kan kalau ia membantu guru lain? Dan juga renang bisa membuatnya rileks.

"Boleh deh, Bu. Jadi apa yang harus saya lakukan?"

Sisca tersenyum senang, akhirnya ada pertolongan juga.

"Ini tentang gerakan dasar renang aja, Pak. Biasanya suka ada yang nggak bisa renang, pak Reza ajarkan dasarnya pada mereka."

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang