[16] Karena Kita

2.1K 370 35
                                    

HAPPY READING💚


Pemilihan telah selesai sejam berlalu dan kini tinggal perhitungan suara. Kali ini siapa yang ingin masuk aula dipersilakan. Begitu juga dengan kelas IPS 3, mereka terlalu antusias. Meski tidak semuanya ikut karena ada yang pulang duluan, tapi tetap dari kelas IPS 3 banyak yang hadir.

"Nomer dua."

"Nomer dua."

"Nomer satu."

Hitungan sudah mulai banyak terulis di papan. Nomer urut 1 dan nomer urut 2 hasilnya saling mengejar. Berbeda dengan nomer urut 3 yang tertinggal jauh.

"Lihat kan Dika unggul dua point," ujar Alendra. Dia yakin bahwa teman sekelasnya yang akan jadi pemenang.

"Nomer satu."

"Nomer satu."

"Ah, seri lagi kan." Amora menedengus kesal.

"Kata gue juga diem. Lihat aja perhitungan terakhir," kata Naya.

"Kapan lo ngomong?" ucap si ketua geng di kelas. Lihat, gadis yang dijuluki ratu narsis itu tidak sinis lagi pada Naya.

"Barusan."

Amora hanya berdecak sebal. Cewek itu melipat kedua tangannya di perut. Melihat seseorang yang berada di depan sana sedang tertunduk. Mungkin dia sedang gugup atau sedang berdoa.

Perhitungan hampir selesai, kedua calon memiliki point yang sama. Tapi seorang guru yang diyakini adalah pembina OSIS, memegang satu kertas terakhir yang belum dibuka.

"Wah, ternyata nomer urut satu dan dua sama nih. Ini kertas terakhir dan penentuan siapa yang terpilih. Kalo ini ternyata nomer tiga, itu artinya kita pemilihan lagi minggu depan."

Banyak yang bersorak tidak setuju, terlebih dari anak-anak OSIS. Tentu mereka tidak ingin pemilihan diulang lagi. Mereka saja sudah lelah mengurus acara hari ini.

"Menurut kalian ini berapa?"

"NOMER DUA!"

"JELAS NOMER SATU, WOY."

Aula kembali ramai karena dari dua kubu tidak ingin mengalah satu sama lain. Sampai akhirnya pembina OSIS menghentikan pertengkaran mereka.

"Itu gurunya juga yang salah. Kenapa gak tinggal ngucapin aja nomer berapa, malah menye-menye!" celetuk Johan marah.

Untung saja hanya mereka-mereka yang mendengarnya.

"Sialan lo. Kalo dia denger Dika gak bakal jadi pemenang," timpal Alwan.

"Emangnya siapa yang menang tergantung dia? Kan ini pake cara voting bukan siapa yang ditunjuk."

"Ah banyak bacot lo, Jo! Udah lihatin aja hasilnya akhirnya." Alendra mencoba melerai mereka dan akhirnya kembali fokus pada pengumuman itu.

"Baik anak-anak kita hitung sama-sama. Satu, dua tig— hayo siapa nih."

Johan berdecak lagi. "Tuh kan! Kalo bukan karena Dika, gue udah balik dari tadi."

"Diem babi!" geram Alendra.

"Yang terpilih menjadi ketua dan wakil OSIS untuk periode selanjutnya adalah..."

Semua dibuat tegang, menunggu ucapan selanjutnya dan membuka lebar telinga masing-masing.

"Selamat kepada saudara Radika dan Azka. Suara terakhir adalah nomer dua." Guru itu memperlihatkan tanda bukti kepada para saksi agar percaya.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang