[35] Persiapan

1.3K 264 28
                                    

HAPPY READING💚

Terhitung kurang lebih 2 minggu komunitas Hupers lumayan dikenal. Setelah keberhasilan hubungan Elsa dan pacarnya, banyak yang datang sekedar meminta saran maupun bantuan. Namun, ada juga yang masalahnya yang bukan hanya asmara aja.

Untuk masalah membantu program anak OSIS, mereka belum ada pergerakan. Niatnya mulai berjalan di semester baru nanti, dan minggu besok mereka akan ujian akhir semester.

Harusnya untuk seminggu ke depan mereka tidak terima orang, hari jumat ini terakhir. Kalau tidak selesai hari ini juga maka dilanjut lagi di minggu depannya setelah ujian. Itu Reza yang memerintah.

Dan di tempat biasa, mereka sudah kedatangan orang baru. Oh, maksudnya hanya Alendra, Johan dan Yovie saja yang sedang stay di tempat itu. Alwan dan Naya masih ada kumpulan ekskul.

Masalahnya 30 menit mereka di sana belum ada apapun. Si gadis yang katanya masih kelas 10 itu enggan bercerita kalau tidak ada Naya. Jadi selama itu mereka saling diam, saling lirik, saling kode, ya apa aja dilakuin yang dimau.

Mata Johan dan gadis yang belum diketahui namanya itu, tidak sengaja beradu. Biasanya dengan terang-terangan Johan akan menggoda, tapi kali ini diam saja. Bahkan baru dua detik saling tatap, cowok itu langsung mengalihkannya.

"Ekhem." Yovie berdehem sehingga gadis itu menoleh padanya.

"Maap ni ya, senin besok kan kita mulai ujian nih. Pembelajaran juga udah selesai sebelum sholat jumatan, pasti pulangnya lebih awal. Ini udah jam setengah dua, dan jam dua kita harus pulang."

Alendra berdecak kesal. Udah kesal karena gak mau menceritakan masalahnya, si Yovie lagi bikin nambah kesal.

"Belibet lo! Ngomong aja langsung," bisiknya.

"Gue gak mau dia kesel," balas Yovie ikut berbisik juga.

"Gue juga kesel, jir."

"Ya sama!"

Si adik kelas memperhatikan kedua cowok itu dengan penasaran. Yang jelas mereka pasti sedang membicarakannya, tapi sayangnya tidak tahu apa yang mereka gosipkan.

"Dah biar gue aja," sahut Johan.

"Intinya, lo cepet deh cerita masalah lo. Gak usah takut kita ngapa-ngapain lo, gak bakal juga diketawain. Pokoknya aman, udah!"

"Aku malu." Gadis itu langsung tertunduk sambil memainkan ujung rambutnya yang terkepang.

"Kalo gitu—"

"Assalamualaikum."

"Alhamdulillah..."

Naya dan Alwan sontak mengerutkan kening. Masa jawaban salam jadi alhamdulillah sih. Di mana-mana kalau ada yang ngucap salam, jawabannya waalaikumsalam. Dalam agama juga menjawab salam itu hukumnya wajib, wah nambah dosa nih mereka.

"Apaan jawabnya gitu," sindir Alwan.

Johan mengabaikan ucapan temannya, dia langsung menghampiri Naya. "Kok cepet?"

"Cuma pengumuman doang kok. Emangnya gue musti lama ya?" tanya gadis itu keheranan.

Saat pandangannya mendapati orang lain di ruangan itu, dia tersenyum.

Alendra ikut berdiri, tanpa perasaan dia mentoyor kepala Johan. "Cepet apaan Badrun, kita di sini udah setengah jam babi!"

"Eh, apaan sih!" tegur Naya. Dia tidak ingin komunitas mereka dicap buruk, apalagi sekarang ada orang lain.

Naya tidak melarang para sahabatnya berkata kasar, sadar dia pun suka melakukannya. Tapi tolong lah kalau ada orang lain ditahan dulu.

"Ini Nay, dia gak mau cerita kalo gak ada lo. Setengah jam kita nungguin lo," jelas Yovie.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang