[31] Minggat

1.3K 272 15
                                    

HAPPY READING💚

Kedatangan Alendra dan Naya disambut dengan penasaran karena cara berjalan Naya yang tidak normal. Tidak terlalu memperlihatkan bahwa Naya kesakitan, tapi jalan pincang seperti itu pasti ujung-ujungnya sakit.

Alwan juga yang baru datang dan belum duduk sama sekali, langsung menghampiri kedua temannya. Awalnya ingin membantu Naya, tetapi gadis itu menolak karena ia tidak perlu bantuan.

"Lo jatuh pas latihan?" tanya Yovie.

Alendra memberikan dua kantung kereseknya pada Alwan. "Bukan. Dia kesandung kaki orang."

"Siapa?" Johan penasaran.

Rasanya ada yang janggal, tidak mungkin kan Naya tiba-tiba menginjak kaki orang itu.

"Gue gak tau namanya, tapi itu cewek yang ngatain lo banci."

Jatung Johan terasa ditusuk serangan mendadak, sehingga membuatnya begitu terkejut. Ucapan Alendra itu loh, kayak cowok itu yang mengatakan, bukan orang yang yang mengatainya banci.

"Biasa aja kali ngomongnya."

Alendra malah terlihat santai dan merasa tidak berdosa. Memang apa yang salah, ia hanya memberi clue tentang orang yang membuat Naya jatuh.

"Oh yang itu. Namanya siapa ya, lupa gue. Jo, siapa?" kata Alwan.

"Cinta."

"Uhuy ... apaleun euy." Alwan malah tertawa. Rada gak nyambung sih dengan pembahasan.

Reza memperhatikan Naya yang sedang membuka sepatunya. Gadis itu melihat sambil meraba-raba mata kakinya, mungkin di sana rasa sakitnya. Lalu dengan beraninya lelaki itu berjongkok di hadapan Naya.

"Saya bantu urut biar gak terlalu sakit," ucapnnya.

Mau tahu bagaimana Naya sekarang, rasanya campur aduk. Detak jantungnya juga entah mengapa malah berdetak kencang. Bisa malu jika Reza sampai mendengar atau menyadarinya, apalagi posisinya terlalu dekat.

"Ng-nggak perlu deh. Saya baik-baik aja."

"Biarin Nay, biar nggak keterusan. Kalo udah diurut cepet sembuh tuh," ucap Yovie sampai membuat Naya tidak mau berkata lagi.

Tanpa ragu dan jijik Reza menyentuh kaki Naya, sungguh ini memalukan. Bukan pertama kalinya Naya diurut, bisa dikatakan ia sering ketika cedera latihan silat. Tetapi kali ini yang melakukannya seorang guru.

"Kok pada diem? Ayo kerja!" sentak Alwan saat teman-temannya memperhatikan keuwuan Reza dan Naya.

"Kalem woy! Lo juga napa malah makan." Johan berdiri dan mengambil sapu. Melihat Johan yang mulai bekerja, yang lainnya pun langsung ikutan.

Kembali lagi pada Naya dan Reza, mereka terlihat adem-adem saja. Coba lihat para cowok geblek yang mulai bekerja, yang ada malah ribut.

"Udah. Gimana rasanya?"

Reza mendongak, sehingga sekarang mereka saling tatap dengan begitu dekat.

Naya kembali gugup, ia mengalihkan pandangan pada kakinya dan menggerak-gerakannya dengan bebas.

"Gak terlalu sakit, Pak. Makasih."

"Sama-sama," balas Reza disertai senyuman yang membuat dada Naya semakin kencang berdetak.

Lelaki itu berdiri dan masih memperlihatkan senyumnya, lalu melirik keempat murid laki-laki yang sibuk dengan kegiatannya. Reza sedikit berjongkok, mengulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambutnya Naya.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang