[30] Senggol Dikit

1.4K 272 17
                                    

HAPPY READING💚

Berlangsungnya istirahat semua murid berburu kantin, namun ada juga yang membawa bekal dari rumah. Para ANJAY sedang dalam perjalanan menuju warung bi Ami yang letaknya di belakang sekolah.

Tapi, tiba-tiba saja Alendra mendapat pesan dari Reza bahwa mereka disuruh datang ke ruang BK sekarang juga.

"Bisa gak sih nanti aja. Gue mau istirahat nih," keluh Johan. Sejak KBM tadi ia sudah membayangkan nasi goreng pedas ala bi Ani.

"Istirahat bisa nanti. Gue ngerasa kita gak dapet izin deh," kata Naya. Sekarang ia berada paling depan yang memimpin perjalanan.

"Omongan lo, Nay. Astagfirullah!"

"Makanya Wan, daripada kita penasaran terus nanti malah kepikiran, mending kita langsung ke sana."

Selama perjalanan hanya ada obrolan ringan. Ucapan Naya menjadi permasalahannya, mereka takut apa yang dikatakan Naya benar.

"Assalamualaikum," ucap Alendra sembari membuka pintu. Di dalam ada Reza yang tengah memandangi layar laptop dengan serius.

"Waalaikumsalam. Ayo duduk."

Reza mempersilahkan mereka duduk. Di ruang BK memang menyediakan sofa, sengaja jika ada tamu dari murid atau yang lainnya.

"Makasih Pak," balas Johan.

Reza menutup laptopnya dan berpindah duduk sehingga bergabung dengan kelima siswa. Sebelum memulai pembicaraan, lelaki itu memperhatikan wajah mereka yang terlihat tegang.

"Bawa rileks aja. Saya bawa kabar yang bisa dibilang buruk tapi bisa juga nggak. Itu terserah kalian menanggapinya."

Penjelasan sedikit dari Reza semakin membuat mereka dag dig dug gak karuan. Kalau seperti ini tidak akan jauh ucapan Naya benar. Dan jika itu terjadi, maka terpaksa Alendra, Johan dan Yovie cari eskul baru.

"Saya kemarin sudah membicarakan ini, ternyata pembina OSIS juga ada, beliau dikasih tau sama Dika. Beberapa pihak tidak mengizinkan ada eksul baru, karena di sekolah kita juga sudah banyak."

Alwan menggeleng dengan sebelah tangan menepuk bahunya Johan. "Alamat usaha cari eksul baru."

"Kepaksa menghilangkan urat malu gue buat balik ke basket."

"Idih, murahan amat lo. Emang gak bisa cari yang lain? Bareng gue aja udah."

Kedua bocah itu malah berdebat, Johan tetap mempertahankan bahwa ia tidak ingin bersama Alwan.

"Pak, emang gak ada solusi lain? Emang gak ada pertimbangan?" tanya Naya.

Reza terkekeh. "Padahal saya belum selesai ngomong, kalian udah beranggapan begitu."

"Maksudnya pak Reza kita masih ada kesempatan lain?" ujar Yovie kembali bersemangat, tentunya tidak harus susah-susah cari eksul.

"Betul. Karena saya kasihan sama kalian, saya mencoba mempertahankan. Humanity Project School ini boleh saja, cuma bukan masuk eksul, pihak sekolah menetapkan sebagai komunitas aja."

"YES!" seru mereka sambil bertos ria, terkecuali Naya.

"Tapi apa mereka harus tetap cari eksul baru?" tanya Naya lagi.

"Jika komunitas kalian berhasil dan banyak orang yang terbantu, maka kalian akan mendapat nilai plus, seperti kalian mengikuti ekstrakulikuler aja. Saran saya, kalian jangan dulu cari anggota. Kalo kita masih sanggup dengan jumlah segini, kita pertahankan."

"Loh, kenapa Pak?" Alendra menatap bingung.

"Semisal ada yang join dan dia meninggalkan eksulnya karena komunitas ini gara-gara bisa dapet nilai plus, yang kena masalah kan kita. Saya hanya mempertahankan kalian berlima agar tetap mendapat nilai meski tidak masuk ekstrakulikuler manapun."

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang