HAPPY READING 💚
Ketika sampai di kediaman Alendra matahari belum juga menampakan dirinya. Naya merasa ragu untuk masuk, ia jadi teringat ucapan Sarah yang ada benarnya.
Naya pun mengabari Alendra bahwa dirinya sudah berada di depan rumah, tapi chatnya tidak kunjung dapat jawaban. Sampai Naya telepon juga cowok itu tidak menerimanya.
Dengan keberanian dan menghilangkan rasa malunya, Naya menghampiri pintu rumah itu. Antara ragu dan yakin Naya mulai menekan belnya. Tapi tidak seperti kemarin yang langsung dibuka, Naya menunggu beberapa saat baru dibuka oleh Ningsih.
"Pagi Bi, Naya ganggu ya subuh-subuh gini?" ucap Naya sungkan sambil melihat keadaan rumah yang masih sepi.
"Eh... eum- ng-nggak, Neng. Euu.... itu-"
"Nay!" Panggilan Alendra memotong pembicaraan Ningsih. Wanita paruh baya itu mengangguk dan setelahnya pergi.
"Le, tadi gue telepon nggak diangkat."
"Hp nya gue tinggal."
Alendra mempersilahkan Naya masuk dan juga menutup pintunya. Ada yang aneh dengan Alendra, cowok itu terlihat murung.
"Sebenarnya ada masalah kecil sih," ucapnya tiba-tiba.
Gadis itu menoleh dengan kaget. "Masalah apa?"
"Abel dari jam tiga nangis mulu, dia demam. Mama kayaknya gak bisa temenin lo hari ini."
"Y-ya gak papa Le... Abel sakit, yakali Mommy Rere tetep datang ke acara kelulusan. Justru gue makasih banget udah dibantu segalanya, itu udah cukup banget."
Sebenarnya Naya sedikit kecewa. Tapi, siapa dirinya yang harus memaksa?
"Gue minta maaf beneran, kesannya gue udah PHP-in lo."
Naya tetap tersenyum sangat ikhlas. "Nggak, beneran nggak! Kan yang namanya sakit gak bisa diprediksi. Abel masih kecil, jelas banget yang ia butuhin itu Ibunya. Jangan pikirin soal gue Le, orang tua gue aja gak ada yang berkorban kok."
"Gue gak enak sama lo, sumpah."
"Bawa santai aja." Gadis itu menepuk bahu Alendra sambil terkekeh.
"Naya..."
"Eh, Mom." Melihat Rere yang baru turun dari tangga, gadis itu langsung menghampiri dan bersalaman.
"Gimana keadaan Abel? Sekarang dia sama siapa?"
"Abel sama Papa nya. Demamnya belum turun, ini Mom mau ambil kompresan lagi."
Tangan Rere terulur mengelus rambut Naya. "Maafin Mom gak bisa temenin kamu kelulusan. Kalo keadaan Abel udah mendingan pasti bakal ikut, tapi panasnya Abel masih belum turun makanya rewel banget."
"Jangan khawatir sama aku, Naya gak papa kok gak ditemenin sama siapapun, yang penting lulus dan ada sahabat-sahabat Naya. Mommy gak perlu gak enak hati begitu, seharusnya aku yang gitu karna udah ngerepotin segala."
"Hei.... Mom bilang jangan gitu. Ini udah niatnya Mommy mau bantuin kamu kok. Makasih ya udah ngertiin keadaan Mom sekarang."
Naya mengangguk.
"Yaudah, sekarang kalian berdua sarapan dulu, nanti sejam lagi baru siap-siap. Maaf ya Mom gak bisa temenin kalian."
"Nggak papa Mah, kita juga udah gede kok," jawab Alendra seraya merangkul Naya. Melihat keduanya seperti itu bagaikan saudara kembar saja.
"Iya deh percaya bujangnya Mama udah dewasa," canda Rere sebelum meninggalkan dua remaja itu.
Perasaan Naya saat ini dominan senang, setelah bertemu dengan Rere entah mengapa Naya lebih ikhlas dan tenang. Naya juga sudah siap untuk menghadiri kelulusan tanpa ada orang yang menemaninya. Ia yakin bisa, Naya tidak akan iri pada siapapun termasuk Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANJAY [END]
Teen FictionAwalnya mereka mengajak Naya bergabung masuk ke dalam pertemanan mereka karena merasa kasihan dengan gadis itu dan juga butuh orang orang waras di antara mereka. Hingga terbuatlah nama ANJAY. The Anjay adalah sebuah nama yang diambil dari nama depan...