HAPPY READING💚
Motor metic hitam merah itu berhenti di depan gerbang rumah Naya. Motor yang ditumpangi gadis itu bukan miliknya, itu adalah motor Alwan.
Naya turun dari motor, melepas helmnya lalu memeluk benda itu, kalau yang itu jelas miliknya. Sebelum berangkat ke rumah sakit tadi pagi Naya sengaja mengambilnya.
"Makasih, Wan."
Alwan mengangguk sambil tersenyum. "Tas sama motor lo nanti Ale yang anter ke sini. Kalo nggak sama dia ntar gue aja yang balik lagi ke sekolah."
"Iya gak papa."
Dinyatakan bahwa Juan telah tiada, dua remaja itu memutuskan untuk menemani Nirma sampai acara selesai, untungnya sebelum jam 2 siang pemakaman telah beres.
Kerena tidak mungkin kembali ke sekolah, Alwan telah berpesan pada Dika untuk memberitahu pada sahabatnya mengambil tas dan motor Naya saat pulang sekolah nanti.
"Lo masih sedih atau nyesel?"
Tiba-tiba Alwan bertanya saat Naya berniat ingin masuk, hingga gadis itupun kembali berhenti.
"Nyesel nggak, cuma masih gak percaya aja dia udah pergi."
"Masih suka kalo gitu?"
"Gak juga Wan, itu cuma perasaan di masa lalu. Lagian gue sama Juan udah baikan bukan buat pacaran lagi, gue gak mau gara-gara masalah itu kita malah nyimpen dendam terus."
Cowok itu ikut turun dari motornya dan tiba-tiba saja memeluk Naya dengan erat. Sama ketika di rumah sakit tadi, Alwan seperti memberikan penyemangat walaupun dia tidak bisa memberikan kata-kata.
Meskipun ada penghalang di antara mereka karena helm yang Naya peluk, Alwan sepertinya tidak peduli, Naya pun memindahkan helm itu hingga berada di belakang tubuh, ia juga merasa sakit karena Alwan terlalu erat.
"Gue tau lo masih cinta sama Juan, lo gak perlu tutupin dari gue."
Naya sendiri jadi bingung, ia tidak mengerti dengan tingkah Alwan. Merasa tidak nyaman terlalu lama dipeluk, Naya segera melepaskannya.
"Lo pulang aja deh, pasti cape kan?"
"Lo juga, jangan jadi beban pikiran. Kalo ada apa-apa langsung bilang ke gue!"
"A... a-aiya."
Semakin tidak paham saja pada sikap Alwan. Sahabatnya tidak seperti ini, Alwan selalu narsis dan banyak omong dalam artian omongan tidak penting, tapi kali ini sok-sokan sok peduli. "Gue masuk duluan, bye Wan."
Okay, anggap Alwan sedang latihan menjadi cowok macho.
Setelah berhasil masuk gerbang, Naya buru-buru masuk ke rumah sebelum tingkah Alwan semakin menjadi-jadi dan membuatnya geli. Rumah masih terasa sepi karena orang tuanya masih berada di kantor, sedangkan kakaknya ya masih di sekolah.
Karena tidak berniat apa-apa lagi selain istirahat, Naya langsung masuk ke kamarnya. Dia mulai melepas pakaian satu-persatu dan diganti dengan pakaian biasa. Ketika Naya ingin membaringkan tubuhnya, gadis itu melihat sebuah buku di atas tumpukan buku sekolah.
Gadis itu tergerak berjalan ke meja belajarnya, ia menatap buku itu lama. Sebuah novel yang diberikan Juan sekitar 3 bulan lalu, tapi karena tidak sempat, Naya baru menyelesaikannya tadi malam. Saking kesenangan karena menuju ending, Naya sampai bergadang hingga tengah malam.
Naya meraih novel itu dengan tatapan sedih, tapi bibirnya memperlihatkan senyuman.
"Jadi ini maksudnya?!"
Sebuah akhir yang menunjukan bahwa salah satu tokoh utama meninggal. Awalnya mereka saling cinta tapi akhrinya saling benci karena kesalahan keduanya, hingga tokoh itu meninggal dan terjadilah penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANJAY [END]
Teen FictionAwalnya mereka mengajak Naya bergabung masuk ke dalam pertemanan mereka karena merasa kasihan dengan gadis itu dan juga butuh orang orang waras di antara mereka. Hingga terbuatlah nama ANJAY. The Anjay adalah sebuah nama yang diambil dari nama depan...