[51] Goodbye, Juan

1.5K 227 26
                                    

HAPPY READING💚

Mengingat hari sudah sore mereka akhrinya pulang, lagipula sekolah sudah sepi, hanya tinggal beberapa orang seperti penjaga sekolah dan tukang kebersihan. Di parkiran juga tinggal tersisa kendaran para ANJAY plus Reza.

"Heran dah lu males bawa motor apa gimana sih?" celetuk Johan saat sadar bahwa Naya tidak membawa motor.

"Bukan gitu, motor gue kehabisan bensin," jawab Naya.

Memang akhir-akhir ini Naya jarang bawa motor sendiri, entah itu karena malas atau disita oleh Papanya. Ia berangkat bareng Rangga lalu pulangnya ikut ke salah satu sahabatnya.

Motornya disita? Iya. Mungkin karena Naya jarang di rumah dan sering telat pulang sekolah, kalau ketahuan Papanya sering kali disita 2-3 hari.

"Lo mau ikut sama siapa?" tanya Yovie.

"Sama—" Namun Alendra langsung memotong ucapan Naya.

"Lo ikut gue Nay, mampir dulu ke rumah buat ambil bingkisan."

"Bingkisan apa tuh?"

"Itu... kan bokap abis dari Jerman, Wan."

"Kok gue gak dikasih?!" Alwan menatap sinis.

"Udah gue kirim ke rumah lu, tanyain ke Bunda sana."

Johan merentangkan tangannya di tengah-tengah mereka agar berhenti debat. "Sans Wan, masih mending lo dikirim lah gue ditawarin aja kagak."

"Ada, udah siapin tuh tinggal lu ambil aja."

"Dahlah balik, Jo kita sama dilupain." Yovie sudah berada di motornya, tapi tiba-tiba Laras mendekatinya. "Lo mau ngapain, Ras?"

Laras menyengir. "Nebeng ya."

"Sama Alwan sana."

"Ogah!" sentak Alwan saat matanya bersitatap dengan dua orang itu. Yovie tidak bermaksud menolak Laras, kalau tidak ada keperluan ia mau-mau saja.

"Yaudah Ras sama yang lain aja. Sorry nih gue gak bisa anter, mau ke rumah abang dulu ntar takut magrib pulangnya."

"Gak papa deh kak Yo, bisa sama kak Alwan aja."

"HEH!

Namun Laras mengabaikan pekikan itu.

Kini yang sudah duduk di motor dan siap berangkat adalah Naya dan Alendra. Gadis itu baru menyadari kalau Reza dan Via ternyata belum pulang, sedikit agak malu sih terutama pada Reza.

Laki-laki itu sering kali melihat para sahabatnya sedang adu mulut yang menurut orang itu tidak penting, belum lagi perkataan kotor sering keluar.

"Via, lo pulang gimana?" tanya Naya saat dia kembali ke kenyataan.

"Gue bisa cari kendaraan umum."

"Kalo jam segini jarang ada, gimana kalo saya anter kamu?" tawar Reza

Tapi segera ditolak karena Via merasa tidak pantas. Lagipula ia malu, meskipun Reza bisa dibilang bukan guru baru lagi, tapi tetap saja Via tidak begitu dekat dengan guru ekonomi ini.

"Gak perlu Pak, rumah saya jauh."

"Nggak papa, daripada kamu—"

"Lo pulang sama Jojo aja."

Reza menatap Naya yang tiba-tiba memotong pembicaraannya dan gadis itu pun menatapnya balik. Reza tahu beberapa menit sebelumnya Naya selalu menghindari kontak mata karena malu dengan pembahasan itu, tapi kali ini tidak ada lagi.

"Jo, mau kan?" kata Naya memastikan.

"Kenapa kalo yang beginian selalu dibebankan ke gue, sorry broh bensin!"  keluh Johan.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang