[6] Ustadz or Dukun?

2.7K 439 32
                                    

HAPPY READING💚

Kembali ke hari senin sangat cepat, sedangkan dari senin ke minggu begitu lama. Rasanya ini tidak adil bagi anak sekolah.

Seperti biasanya hari senin diadakan upacara memperingati para pahlawan yang telah gugur. Awalnya semua berjalan dengan khidmat. Tapi ketika pembina memberi pidato, keadaan mulai tidak terkendali.

Begitu juga Naya yang terus menggerutu dalam hatinya. Mengapa juga dirinya bersebelahan dengan empat teman gilanya. Ada saja kejahilan yang mereka perbuat sehingga menimbulkan keributan.

Perhatian mereka terfokus pada seorang gadis dari kelas sebelah yang pingsan. Tapi tiba-tiba gadis itu memberontak membuat temannya yang berada di sekitarnya menyingkir.

"Tolong kesurupan!" teriak salah satu temannya membuat guru yang sedang berpidato berhenti.

Tak lama anak-anak PMR dan seorang guru membawa gadis itu ke ruang UKS untuk disadarkan.

"Baiklah anak-anak, kembali tenang!"

Interupsi guru di depan. Tapi baru beberapa saat tenang, petugas pengibar bendera pun terjadi hal yang sama. Keadaaan kembali ricuh.

Terhitung ada 5 orang siswi yang kerasukan, akhirnya upacara dipercepat dan ada yang terlewati.

"Kenapa ya kesurupan masal begini?" ucap Alwan ketika mereka sedang diperjalanan menuju kelas.

"Hantunya lagi challenge," kata Alendra.

"Oh iya lagi ada prank gitu kali ya."

Kelima remaja itu terbahak, ada aja tingkahnya.

Mereka duduk di kursinya masing-masing. Tak lama seorang siswa berteriak kalau jam pertama sampai istirahat akan kosong. Tidak hanya kelas mereka, tapi keseluruhan kelas. Katanya yang kerasukan semakin bertambah.

Seperti biasa kelas akan ramai, karena hampir setiap kelas jam kosong, sekolah ramai karena tingkah anak-anak nakal.

"Perhatian! Kepada siswa dari kelas sebelas IPS tiga dengan saudara Alwan, Alendra, Johan, Yovie dan saudari Naya ditunggu di ruang BK."

Seketika kelas XI IPS 3 hening, semua mata tertuju pada orang-orang yang disebutkan namanya.

"Sekali lagi! Kepada Alwan, Alendra, Johan, Yovie dan Naya dari kelas sebelas IPS tiga, ditunggu di ruang BK."

"Woy, lo pada ada masalah apa?" teriak Amora di tempatnya.

Sedangkan yang ditanya malah saling lirik satu sama lain dan mengangkat bahunya. Mereka sendiri pun tidak tahu masalahnya.

"Mendingan ke sana aja dulu," saran Dika.

Namun kelima remaja itu tidak mendengarkanya, karena merasa tidak punya salah dan kepentingan pada salah seorang guru.

Lalu tak lama dari pengumuman tadi, pak Dani datang ke kelas mereka.

"Permisi, untuk Alendra, Johan, Alwan, Yovie dan Naya ikut saya."

"Iya, Pak."

Lima orang itu keluar dari mejanya masing-masing dengan raut wajah kesal dan malas.

"Apa urusannya yang kesurupan sama kita?" bisik Johan.

"Bukan masalah itu kali," ucap Naya ikut berbisik.

"Apa masalah gudang itu?" tebak Alwan.

Mereka semua tidak ada yang menjawab dan mengikuti pak Dani ke ruangan BK.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang