[41] Masih Dugaan

1.1K 231 37
                                    

HAPPY READING💚

Pukul 6 Naya sudah berada di sekolah, tentu saja sekolah masih sepi. Ia sengaja datang pagi bukan karena ada alasan tertentu, jelasnya Naya ingin datang pagi-pagi.

Karena belum sarapan, gadis itu mengunjungi kantin terlebih dahulu. Untuk kantin di jam-jam seperti ini sudah mulai siap walaupun tidak seramai waktu istirahat. Kebetulan batagor langganannya sudah buka, tidak perlu banyak berfikir Naya menghampirinya.

"Bang, batagornya ya."

Pria bernama Sehuna itu terkejut mendapat pelanggan pagi-pagi begini. "Eh si neng Naya. Pagi banget datangnya, neng?"

"Iya bang sengaja. Ternyata enakan dateng pagi, gak rame kalo mau parkir," ujar gadis itu sambil terkekeh.

"Emang begitu kalo dateng pagi. Tapi serem juga kalo masih sepi."

"Tapi kan di kantin nggak, bang. Ini udah pada buka."

"Maksudnya kalo langsung ke kelas," jawab Sehuna dan mereka malah tertawa. "Ini mau pedes gak?"

"Sambalnya satu sendok aja, bang. Oh iya, ada teh anget kan?"

"Ada, tenang aja neng di sini mah ada. Mau manis?"

"Gak deh bang, yang penting anget."

"Siapp."

"Aku tunggu di sana ya, bang."

Sehuna membentuk bulatan di jarinya pertanda oke. Lalu Naya menghampiri meja yang letaknya tidak jauh dari stannya mang Sehun batagor.

Selagi menunggu batagornya yang masih dalam proses, Naya membuka ponselnya sekedar menghilangkan kebosanan. Sebenarnya tidak bosan sih, justru suasana seperti ini yang Naya suka, tidak ada kebisingan.

"Silahkan neng, ini batagornya."

"Oke bang, makasih."

Naya memasukan ponsel ke saku lagi agar dia bisa menikmati sarapannya. Memang deh, batagornya bang Sehun sudah jadi idola Naya sejak masuk sekolah ini. Uh, tinggal setahun lagi dia bisa menikmati jajanan yang ada di kantin.

Ketika sudah pukul 06.20, Naya telah menghabiskan makanannya. Setelah membayar Naya berniat untuk langsung ke kelasnya. Pasti mulai berdatangan dan semakin siang akan penuh, lebih baik Naya menghindari keramaian itu.

Dan sepertinya hari ini masih free, karena masih mengurus siswa baru. Untuk seminggu ini sepertinya tidak akan belajar efektif, Naya sudah merasakannya tahun lalu.

"KAK NAYA!"

Merasa namanya terpanggil, gadis itu membalikkan tubuhnya. Dia melihat seorang cowok tinggi dan berkacamata sedang berlari ke arahnya. Naya memang tidak kenal dengan cowok itu, tapi tidak sopan kalau ia mengabaikannya. Siapa tahu ini penting.

"Iya, ada apa?"

"Kakak salah satu anggota Hupers kan?" tanya cowok itu masih dengan nafas ngos-ngosan.

Naya mengangguk. "Apa ada yang bisa dibantu?"

"Kak, gue butuh pertolongan kakak."

"Okey. Nanti kalo gak ada jadwal lo bisa datang ke tempat yang dulunya gudang gak dipake itu. Tau kan?"

"Tapi kak gue butuh sekarang. Ini gak bisa nunggu lagi, urgent!"

Sebenernya Naya tidak mau bekerja sendirian dan tanpa ada sahabatnya. Mau bagaimana juga keputusan tidak bisa diambil sepihak bagitu saja, harus ada rundingan karena Naya tidak mau salah jalan. Tapi ini katanya urgent, harus bagaimana?

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang