HAPPY READING💚
Dua minggu sudah terlewati dan kasus yang mereka tangani terakhir kalinya adalah Via. Problem itu dibantu oleh Reza dan akhrinya membuahkan hasil yang memuaskan. Via masih bisa sekolah dengan menutupi kehamilan serta kakak tirinya siap menikahi Via setelah lulus.
Sejak saat itu tidak ada orang yang datang lagi untuk dimintai bantuan. Para ANJAY memang tidak memaksa, justru mereka senang karena lebih banyak waktu untuk bersama tanpa membicarakan komunitas.
Weekend kali ini mereka berkumpul di kafe langganan yang tentunya milik Reza, biasanya tidak ada waktu karena terganggu oleh masalah orang lain, tapi kali ini mereka benar-benar free.
"Lo ngitung apaan, Jo?" tanya Alendra keheranan
Entah sejak kapan sahabatnya itu terlihat sedang menghitung jari-jarinya, Alendra tidak terlalu memperhatikan.
Johan mendongak dengan sebagian jarinya masih bergerak. "Btw kapan ya kita ujian?"
"Bukannya lo lagi ngitung?"
"Kagak Le, cuma ngitung bulan doang."
Johan menyengir hingga membuat Alendra males berucap lagi. Terlalu bego apa gimana sih mahluk satu ini, cuma menghitung bulan saja kayak bocah SD.
"Ngapain sih tanya ujian? Kek mau belajar aja lu," celetuk Yovie.
"Nggak belajar juga seenggaknya gue udah siap buat ujian."
Alwan pun menjawab. "Yaelah cuma ngisi doang Jo, lu bisa tuh ngitung kancing."
"Nggak gitu juga, Badrun!" sentak Johan.
Kini dia tidak lagi menghitung, sedikit kesal karena merasa diolok-olokan. Padahal Johan serius, tidak mungkin ia main-main dengan ujian yang jadi penentu lulus atau tidaknya.
"Gue gak inget kapannya sih, cuma di bulan mei kalo gak salah minggu kedua atau akhir, itu ujian kita yang paling terakhir," jelas Naya.
"Sekitaran 3 bulan lagi dong." Naya hanya mengangguk sambil minum.
Johan terlihat menghela nafas, menyandarkan punggungnya seperti orang yang putus asa. "Gue bisa gak ya ngisinya?"
"Lahaulla aja."
Johan menoleh pada Yovie dengan kening berkerut. "Apaan tuh?"
"Oh iya lupa temen gue kan gak seiman," ujar cowok itu dengan santainya.
Entah Yovie sedang apa pada ponselnya itu, tadi ia hanya asal celetuk saja, tidak sadar kalau Johan yang berucap.
"Kalo lo doa lahaulla itu, ya gue aminin lah. Kita kan masih se-amin,"ucap Johan lagi.
Yovie mengangguk-angguk saja. "Iya, ntar bilang aja ke gue. Dijamin dah nilai lo bakal gede."
"Siap siap, awas ya kalo nggak didoain."
"Hm," sahutnya tidak peduli. Lagipula kalau hanya doa tanpa ada perjuangan mana bisa dapet nilai gede.
Ketika tidak ada lagi pembicaraan antara para sahabatnya, Alendra mendapati Reza yang sedang turun dari lantai atas, mungkin laki-laki itu habis dari ruangan khusus miliknya.
Mereka memang ada janji juga dengan Reza, tapi karena ada permasalahan mengenai kafenya jadi para ANJAY disuruh menunggu.
"Lama gak?" tanya Reza saat sampai.
"Lama sih, Pak!" jawab Alwan.
"Nggak Pak, jangan dianggep si Salwan mah." Alendra membela. Guru muda itu tersenyum, dia langsung bergabung dengan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANJAY [END]
Teen FictionAwalnya mereka mengajak Naya bergabung masuk ke dalam pertemanan mereka karena merasa kasihan dengan gadis itu dan juga butuh orang orang waras di antara mereka. Hingga terbuatlah nama ANJAY. The Anjay adalah sebuah nama yang diambil dari nama depan...