HAPPY READING💚
Hampir menempuh waktu 45 menit, saat ini telah sampai di area club malam yang telah diberitahu oleh seseorang yang bernama Anna. Alwan dan Johan sudah bersiap turun, namun Alendra terlihat enggan mengikuti kedua temannya.
Yovie menengok ke belakang sambil tertawa kesenangan.
"Turun lo pada gue mau order lagi soalnya."
"Sialan lo, Yo! Kenapa musti gue sih."
"Tuhan tau mana yang lebih geblek. Dah lah sana, bisa-bisa keburu malem nih."
Mau tak mau Alendra akhrinya turun. Naya sejak tadi tidak bisa menahan tawanya. Sebenarnya ini misi sangat penting, menyangkut nama sekolah dan negara. Tapi karena gara-gara tingkah para sahabatnya jadi ada kesan lawak.
"Udah siap kan? Coba kita tes dulu."
Naya menghubungkan semuanya lewat sambungan telepon. Awalnya mereka mau menggunakan walkie talkie, tapi karena akan terlihat ribet jadi memutuskan lewat sambungan telepon agar lebih simpel.
"Hallo, Naya di sini."
"Ada, kenceng banget," sahut Alwan.
"Kecilin volumenya, goblok. Bisa kedengaran kalo terlalu kenceng," tegur Johan.
"Iya, santai kek."
"Yaudah pergi sana. Semoga berhasil!" Naya masih saja cekikian walaupun mereka sudah mulai menjauh.
Sebenarnya ada yang diragukan, apa mereka tidak akan dicurigai berpenampilan seperti itu? Aah ... semoga tidak, Naya akan mempercayakan pada sahabatnya.
"Yo!" panggil Naya ketika sadar bahwa Yovie sedang melamun. Cowok itu hanya berdehem sebagai tanda balasan.
"Lo kok hari ini beda banget. Lagi ada masalah ya?"
Yovie menggeleng, dia juga mengubah posisi duduknya. "Nggak kok, Nay."
"Mungkin lo gak mau yang lain tau masalah lo. Tapi cerita sama gue biar lo gak nanggung beban sendiri."
Naya menyimpan ponselnya lebih jauh agar percakapan mereka tidak terlalu jelas terdengar oleh yang lainnya.
"Tetep aja beban ini gak bisa dibagi sama orang lain, gue yang ngerasain semuanya."
"Setidaknya lo sedikit lega udah berbagi sama gue," ucap Naya.
"Yo, gue juga sama kayak lo suka pendam masalah karena gak mau orang lain tau, bagi gue itu aib. Tapi lama-kelamaan gue jadi sadar, kadang gue butuh saran dan motivasi."
"Jadi ini alasannya lo punya ide bikin Hupers?"
Naya mengangguk.
"Banyak orang yang punya masalah, tapi bingung mau cerita ke siapa, seolah keluarga juga gak bisa bantu masalah dia. Kebukti kan adanya komunitas ini jadi membantu mereka. Kita juga jadi tau bahwa bully masih aja ada, kita tau kehidupan keluarga ada yang lebih berat dari kita, kita tau ada masalah-masalah yang diluar dugaan."
"Makanya, jangan pernah ngerasa masalah lo tuh berat, padahal ada yang lebih berat dari lo."
Cowok itu masih saja diam, menatap lurus pada jalanan yang dilewati kendaraan.
"Yo, gue siap jadi pendengar lo, gue siap bantu masalah lo." Naya tersenyum lebar. "Masa anggota Hupers nya gak bisa pecahin masalah sendiri sih."
Yovie menatap Naya dan ikut tersenyum walau tidak terlalu terlihat. Dia menghela nafas untuk meyakinkan bahwa Naya bisa jadi pendengar baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANJAY [END]
Teen FictionAwalnya mereka mengajak Naya bergabung masuk ke dalam pertemanan mereka karena merasa kasihan dengan gadis itu dan juga butuh orang orang waras di antara mereka. Hingga terbuatlah nama ANJAY. The Anjay adalah sebuah nama yang diambil dari nama depan...