[29] Humanity Project School

1.4K 269 8
                                    

HAPPY READING💚

Seorang ketua OSIS yang baru menjabat sekitar satu bulan, melihat lima orang temanya yang duduk di seberang. Ia mengusap-usap lehernya sambil menghela nafas, lalu menegakan tubuhnya.

"Gimana, Dik? Ide yang keren kan?"

Dika merlirik Alendra, ia mengangguk setuju. "Rencana kalian keren, gue juga setuju ada komunitas seperti itu di sekolah. Cuma gue belum bisa menge-sahkannya, harus ada persetujuan dari beberapa pihak."

"Dik, tolong dong usahain. Kasih tau pembina OSIS, kita bakal membantu organisasi kalian untuk memberantas anak-anak nakal."

Johan mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda permintaan agar dikabulkan.

"Iya Jo, gue percaya sama misi kalian kok. Sepenuhnya gue sangat dukung kalian, gue juga bakal usahain sebisa gue. Tapi untuk lebih baiknya kalian bicarakan ini sama guru BK, biar beliau juga bisa mempertimbangkan."

"Itu mah pasti," sahut Alwan.

"Makasih Dik udah mau bantu kita. Kalo komunitas ini disetujui, kita bakal makasih banget sama lo," ucap Naya.

Dika tersenyum. "Sama-sama, Nay. Lagipula tujuan kalian bagus, sebagai ketua OSIS gue harus ngedukung hal positif seperti ini."

"Awas aja kalo gagal. Sampai masa jabatan lo habis, gue gak bakal anggap lo ketua OSIS."

Semua orang langsung tertuju pada Yovie dengan tatapan bingung.

"Dih, apaan sih babi! Gak gitu juga kali," cerca Johan.

"Jangan dimasukin ke hati omongan Yovie. Biasalah bercanda," kata Alendra diiringi tawa canggung.

"Santai kok, kayak gak kenal kalian aja."

"Kalo gitu kita mau nemuin dulu BK. Sorry banget Dik ganggu waktu lo."

"Iya, Nay. Lagian gue juga gak terlalu sibuk."

"Dik, kita pamit ya. Makasih udah mau bantuin." Dika mengangguk sambil tersenyum. Ia memperhatikan teman sekelasnya keluar dari ruangan.

Komunitas mereka akan bermanfaat bagi siapapun. Dika akan berusaha sebisanya agar komunitas yang mereka rencanakan bisa disetujui.

"Bang, mereka abis ngapain?" tanya Azka yang baru datang.

"Minta dukungan, Az. Nanti selesai ini kita temuin Pak Rian."

"Lah mau ngapain? Kan rapatnya diundur jadi rabu."

"Bukan mau bahas itu. Gue mau ngomongin penambahan ekstrakulikuler.

Alis Azka mengernyit, remaja itu duduk di hadapan Dika. "Eskul di sekolah kita lumayan banyak loh, mau nambahin apa lagi? Gue rasa segitu juga udah komplit."

Ketua OSIS itu terkekeh dengan tangan yang terus membolak-balikkan dokumen. "Az, kali ini tujuannya bukan mengembangkan minat seseorang. Ini bisa bermanfaat buat semua orang."

"Semua orang? Contohnya?"

"Dari yang gue simpulkan, mereka mau membantu orang-orang yang susah menyelesaikan masalah. Semisal tekanan dari rumah yang berpengaruh ke fokus belajarnya, atau membantu dengan cara kerja nyata. Bukan cuma itu aja, mereka mau bekerja sama dengan OSIS buat memberantas anak-anak nakal yang merokok atau berbuat tidak senonoh."

"Wah, keren tuh!" puji Azka takjub.

Bagi orang-orang yang berorganisasi pasti akan berpikiran sama. Namun beda lagi jika orang-orang yang tidak peduli, pasti mereka akan bilang kalau itu tidak ada gunanya membantu orang yang tidak dikenal.

THE ANJAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang