Prolog

5.3K 120 89
                                    

~ Olympus, Yunani @ Saat ini ~

Seorang pria melayang terbang mendekati gerbang tinggi yang terbuat dari emas berkilau. Tubuhnya yang tinggi semampai, terbungkus setelan jas yang klasik tetapi tampak elegan.

Rambut ikalnya berwarna madu, melayang halus membingkai wajahnya yang berkarisma. Ia tampak masih muda, 20-an tahun, dengan baby fat yang belum benar-benar hilang di pipinya yang sedikit tembam dan bibirnya yang pink merona.

Tetapi sorot mata biru mudanya tampak sangat dewasa, bahkan terkesan tua dan bijaksana. Kulitnya yang berwarna kuning langsat begitu bening, tetapi freckles kemerahan menghiasi tulang pipinya. Sekilas, sulit memperkirakan ras dari pria ini.

Yang jelas, ia tampak sangat kaya. Jasnya sangat tipikal buatan tangan. Semua jahitan tepat di tempatnya, membuat setelannya menggantung dengan sempurna tanpa kerutan di tubuhnya. Sepatu kulit yang tampak masih baru menghiasi kakinya, juga tanpa kerutan sedikitpun.

Ia melambai memberi kode kepada penjaga gerbang, dua makhluk yang berbentuk seperti manusia tetapi dengan kulit tembus pandang yang menampilkan kabut berwarna ungu-pink-biru yang terus bergerak teraduk didalam tubuh itu.

Seakan robot, mereka bergerak seirama, mengangkat terompet bermodel aneh yang sangat panjang dan kurus ke mulut mereka. Lalu, dengan serempak pula mereka meniup nada tertentu yang terdengar surgawi. Nada yang menusuk perasaan, membuat merinding dan memberi rasa jengah.

Tapi pria itu hanya tersenyum mendengarnya. Seakan suara terompet itu tidak memberi efek apapun pada dirinya.

Gerbang itu terbuka sendiri, memperlihatkan jalan setapak berwarna seperti perunggu yang mengarahkan gerbang itu ke sebuah bangunan bermodel kuil Yunani kuno. Tetapi tidak ada satupun kuil di bumi akan bisa menandingi keindahannya. Pilar-pilarnya yang dilapisi berlian. Ornamen dinding yang terus bergerak menceritakan mitos-mitos dewa dan manusia, dilapisi dengan emas.

Tamannya yang luas tidak berujung. Dipenuhi berbagai tanaman yang tidak akan pernah bisa dilihat manusia biasa, dengan patung-patung yang luar biasa besar dihiasi dengan tatahan batu mulia berwarna-warni yang berkilau menyilaukan mata.

Pria itu tidak mau repot-repot berjalan kaki, ia terus melayang perlahan hingga mencapai teras bangunan itu. Dengan ringan, ia mendarat di lantai transparan yang berkilauan. Awan bergulung-gulung tepat di bawah lantai itu. Dari kejauhan ia terlihat seperti berjalan di awan.

Ia mendongak, memandang pintu dihadapannya yang terbuat dari emas padat. Membetulkan dasinya, merapikan lengan kemejajanya, lalu menegakkan punggungnya. Dengan sentuhan ringan, kedua pintu melayang terbuka. Memperlihatkan ruang jamuan dengan meja panjang penuh berisi makanan.

5 pria dan 6 wanita tampak duduk di meja tersebut. Semuanya makan, menyesap minuman yang terlihat seperti emas cair berglitter, dan mengobrol. Gaya mereka semua terlihat sangat berbeda. Sulit dipercaya kalau mereka bisa mengenal satu sama lain.

Hanya ada satu kesamaan diantara mereka semua. Tidak akan ada yang bisa memastikan ras apakah mereka. Fitur wajah mereka, bagaikan perwakilan dari ciri khas semua ras di bumi. Terlihat sangat misterius, sekaligus agung dan menarik memanjakan mata.

"Hai, Hermes." Seorang wanita berambut pirang panjang dengan pakaian yang berbelahan dada sangat rendah menyapanya. Nada suaranya manja dan menggoda.

"Hai, Aprodite." Pria muda yang baru memasuki ruangan itu balas melambai kepadanya.

Ia duduk di kursi yang kosong. Seorang pria berpakaian setelan pelayan ala buttler Inggris bergegas menuangkan cairan emas itu ke gelasnya. Yang langsung disesapnya.

"Kulihat kau mengganti seragam para pelayanmu, Hera, Zeus." Ia menyapa dengan sopan kepada tuan rumah.

Seorang perempuan berusia awal 40-an dengan rambut berpotongan pixie cut yang sangat chic mengedikkan bahunya. "Baju gorden putih itu sudah ketinggalan mode ribuan tahun."

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang