14. Yoongi XI

1K 57 15
                                    

"Hana, apa yang kau suka?"

Bibir Yoongi menelusuri wajahku. Lidahnya menjilati perlahan. Hembusan napasnya menggelitik telingaku.

"Ahhh..." Bibirku mengalunkan desahan pelan.

"Mmmhhh." Yoongi membenamkan bibirnya kedalam celah sempit di antara kedua bibirku, memaksanya membuka semakin lebar, agar lidahnya bisa menggeliat memasukiku.

Ia sangat suka berciuman, atau menciumi. Dan aku suka dicium olehnya. Ia pencium yang hebat. Ia bisa membuatku menjeritkan namanya hanya dengan mulutnya.

Aku duduk di pangkuannya, hanya berbalutkan kemeja oversized dan celana dalam.

Yoongi membuka kancing kemejaku satu persatu. Begitu lambat, seakan menggodaku, atau mencari kesempatan untuk lebih lama meraba-raba tubuhku dan membuatku menggelinjang.

"A-aku suka semua yang kau suka, Daddy." Aku menjawabnya tersengal.

Kemejaku melayang ke lantai. Bra-ku segera menyusulnya. "Itu, bukan jawaban Hana." Yoongi menggumam.

Ia menarik tubuhku semakin menempel ke dirinya. Kejantanannya perlahan-lahan membesar. Menggunung di dalam celananya, menekan kewanitaanku dari balik celana jeansnya.

Ia membenamkan wajahnya di dadaku. Kedua tangannya meremas dengan gemas. "What do you like from me, when I fuck you?"

Aku mengelus rambutnya yang kini diwarnai merah bagaikan api. "You're soft."

Yoongi menggigit bahuku perlahan. "I'll break you to a thousand pieces tonight."

Aku menggigit bibirku. "You're warm."

Yoongi mengulum puncak payudaraku. "You'll be in hot hell tonight, baby."

Aku memeluk lehernya. "You're sweet."

Yoongi melepaskan ikat pinggangnya dalam satu tarikan. Ia melingkarkannya di leherku. Mendorong gespernya makin ketat, makin ketat. Aku mulai kesulitan bernapas.

Yoongi menyeringai. "Are you sure?"

Ia memegang pinggulku kencang. Memaksaku bergerak. Lipatan-lipatan di celana jeans-nya bergantian menggesek kewanitaanku.

"Ahnnn..." Aku merintih. Rasanya panas dan sedikit perih. Tapi nikmat sekali.

Pinggulku bergerak semakin cepat, menggesek semakin keras. Saat kubuka mataku, wajah Yoongi yang tersenyum puas memenuhi pandanganku.

"Daddy..." Aku mendesah.

"Jangan panggil aku begitu mulai sekarang." Yoongi membenamkan wajahnya di rambutku. Ia menghirup kencang. Menghela napas. Kuku-kukunya menelusuri punggungku. "Panggil namaku, Yoongi. Yeah, Yoongi. Aku ingin dengar kau meneriakkan namaku, saat aku di dalammu."

"Yoo-yoongi..." Aku terbata-bata.

"Ya, Hana? Ah tidak. Baby. Aku akan tetap panggil kau baby. Aku suka itu."

Yoongi memilin-milin ikat pinggang di tangannya. Tiba-tiba ia mendorongku turun dari pangkuannya.

Aku terhuyung kebelakang hampir jatuh. Dengan cepat Yoongi menarik ikat pinggang di tangannya. Sentakannya membuatku kehilangan keseimbangan. Aku terjatuh, terkapar di kakinya.

Yoongi bangkit, berjalan menuju kopernya sambil menarik ikat pinggang di tangannya. Kepanikan melandaku. Napasku tersengal, leherku sakit, dan tubuhku terseret di karpet hotel yang kasar. Buku tanganku memutih menahan ikat pinggang itu dari mencekikku habis-habisan. "Yoongi...sakit..." Aku meratap.

Ia berhenti berjalan. Menatapku dengan dingin. "Kau ingin tau apa yang kusuka kan? Sekarang jadilah peliharaan yang pintar buatku."

Ia menyentakkan ikat pinggangnya, mulai berjalan lagi. Buru-buru aku mencoba berdiri. Tapi aku tersandung kakiku sendiri. Kembali terjatuh berdebum di lantai.

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang