Yoongi terbatuk-batuk. Cairan merah kental mengalir diantara sepatu kulit mahalnya.
Dilemparkannya tongkat baseball ke sesosok tubuh yang tadinya adalah seorang pria tinggi besar. Tapi kini tidak lebih daripada seonggok daging di lantai semen yang kotor.
Bunyi berkelontang membangunkan Taehyung dari tidurnya. "Sudah puas, Hyung?"
"Hm." Yoongi menjawab hanya dengan gumaman.
Taehyung menggeliat sambil menguap. Menelepon, tidak lama beberapa orang datang dan mengurus tubuh tidak bernyawa itu.
"Argh. Bajuku rusak. Ini baju kesukaanku." Yoongi menggerutu.
"Di ruang kerja Seokjin hyung pasti ada baju ganti."
"Seokjin hyung kemana?"
"Membawa Jenna ke rumah sakit."
"Sebenarnya ada apa sih Taehyung? Aku tidak mengerti kenapa Jenna tiba-tiba..."
"Murni kesalahan orangku, hyung." Taehyung menghela napas. "Dia meninggalkan mereka berdua di mobil waktu menerima telepon dariku. Waktu dia kembali, bajingan itu sedang menghantamkan kepala Jenna ke jendela. Berteriak-teriak tentang gagal mendapatkan uang atau apalah."
"Uang. Selalu tentang uang." Yoongi meludah jijik.
Ia yakin ia terlihat sangat kacau saat ini. Dalam skenario tergilapun ia tidak bisa membayangkan bagaimana bisa rencana makan malam berdua Hana berubah menjadi segala keributan ini.
Diberantakkannya rambutnya. Lalu ia berteriak, menjerit sekeras-kerasnya. Menghentakkan kakinya, meninju-ninju udara. Melepaskan segala emosi yang menumpuk dalam dadanya.
Pasti ia terlihat seperti anak kecil yang tantrum karena tidak dibelikan balon. Tapi Taehyung diam saja memandanginya.
Akhirnya Yoongi berjongkok, membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya. Dan ia tidak bisa lagi menahan dirinya, ia mulai terisak. Makin lama makin keras, mengerang dan meraung parau.
Beberapa jam lalu, ia memandangi Seoho melakukan hal yang persis sama. Tapi saat itu ia harus kuat, buat Seoho, juga buat Hana. Apabila ia terlihat lemah, Seoho akan ragu untuk menggantikan tempatnya di sisi Hana.
Ia berkedik saat terasa sentuhan di punggungnya. Sentuhan yang berubah menjadi elusan menenangkan.
Yoongi mengangkat wajahnya, menatap wajah Taehyung di hadapannya. Ia meringis, menyeka air matanya.
Dari semua saudaranya, sungguh tidak disangka si pencabut nyawa satu ini yang justru berada di sampingnya saat ia merasa terpuruk.
Tapi mereka bukanlah teman. Dan Taehyung tidak suka menanyakan apa yang tidak ingin disampaikan.
Maka mereka hanya duduk bersebelahan. Sama-sama diam. Yoongi menghisap rokok elektriknya dalam-dalam. Menghembuskan asap tebal ke dalam keremangan.
"Semua sudah kuurus, hyung. Kau tidak perlu khawatir." Taehyung akhirnya berkata pelan. "Polisi sudah kubayar. Perawatan Jenna sudah kuurus. Hadiah apartemen buatnya darimu, dokumennya sudah di pengacaraku."
"Sudah kupastikan tidak ada video yang jelas memperlihatkan wajah Seoho dan Hana." Ia mengedikkan bahunya. "Sebenarnya hampir tidak ada yang mengira itu mereka."
"Terima kasih, Taehyung."
"Aku dengar dari Jungkook..." Taehyung terdiam sesaat. "Congratulations?"
Yoongi menggeleng.
"Dan Jimin juga memberitahuku tentang KYNG..." Taehyung berdiri menepis debu dari celananya. "...kau yakin?"
Yoongi mengangkat tangannya, Taehyung membantunya bangkit. Mendadak dipeluknya Taehyung kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ LeeHana adalah perempuan dengan impian yang sederhana, membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan. Yang dimilikinya hanyalah semangat untuk meraih impian sebagai selebriti, sesuatu yang sudah dijalaninya be...