69. Yoongi XXXXXXVI

470 23 30
                                    

Ini wajah yang kuingat semua detailnya. Apabila aku adalah seorang pelukis, aku akan bisa menggambarnya dengan mata tertutup.

Kulit yang pucat dan begitu mulus. Mata yang tajam seperti kucing. Bibir yang tipis, berwarna begitu serasi dengan rona kulitnya.

Semburat merah memenuhi pipinya, menjalar hingga ke lehernya. Aku menelisik rambutnya, begitu kasar karena proses bleach berkali-kali. Warna ungunya pudar, meninggalkan warna abu-abu yang aneh.

Kuangkat poni yang menutupi wajahnya, tersenyum saat menyadari ia tengah memandangiku.

Sulit bagiku untuk mencintai pria yang berlutut di antara kedua kakiku ini. Ia sudah menyakitiku sangat buruk, hingga aku begitu ketakutan untuk memberikan seluruh hatiku padanya.

Tapi, entahlah nanti. Mungkin, puluhan tahun dari sekarang, aku akan menyatakan cinta di tempat tidur kematianku, sambil menggenggam tangannya yang kurus dan keriput.

"God, you're so beautiful." Aku berbisik, mengelus alisnya yang rapi.

"Kau menangis?" Yoongi tampak khawatir.

Aku mengusap mataku. Basah. "Aku hanya kepikiran sesuatu."

"Bagaimana bisa kau malah kepikiran hal sedih waktu aku memberimu oral seks." Yoongi cemberut. "Tidak enakkah?"

Aku hanya tersenyum, mengusap dagunya yang berkilap basah oleh campuran air liurnya dan cairan tubuhku. "Sebagai dom, apakah aku boleh minta cium?"

"Ya boleh. Yang tidak boleh itu aku minta kau menciumku."

Maka aku membungkukkan tubuhku, mengulum seluruh bibirnya dalam mulutku. Menyentuhkan lidahku ke miliknya. Saling menggesek mesra.

Menyesap semua aroma dan rasa yang asing, tapi membuat gairahku makin memuncak.

Kulepaskan pagutanku, membenamkan kembali wajahnya di kewanitaanku yang berkedut menanti dirinya.

Saat bibirnya kembali menyentuhku, letupan kecil terpicu dalam tubuhku.

Letupan lainnya terpantik saat lidahnya meraba dinding dalam tubuhku.

Aku menggigit bibirku begitu kencang, hingga terasa panas dan kebas. Aku bingung, kenapa ini berbeda?

"Apakah ini tidak terlalu... mmm... romantis?"

Yoongi terkekeh. "Inti hubungan begini adalah kau menguasaiku dan aku melayanimu." Ia mengecupi pahaku. "Seks kita, bisa keras, bisa juga lambat seperti sekarang. Selama aku ada di posisi tidak berdaya, aku suka."

"Kau akan lakukan apapun yang kuminta?"

"Iya."

"Seaneh apapun permintaanku?"

"Kau tidak akan bisa membayangkan apa yang sudah pernah kulakukan buat Seoho." Yoongi terkekeh. "Kalau kau berlebihan, aku akan pakai safe word* ku."

Aku terdiam. Selama ini, kupikir hubungan semacam ini haruslah diwarnai dengan kekerasan. Seperti apa yang Seoho lakukan padaku. "Tapi, Seoho tidak lembut..."

"Dia memang suka yang keras. Itu gayanya dia." Yoongi melepaskan bibirnya dari pahaku, mengagumi ruam merah yang ia tinggalkan disana. "Ini baru buatmu, melakukan ini dengan sadar. Nanti kau juga akan menemukan yang kau suka."

"Jangan menahan diri." Yoongi berkata lembut diantara kecupannya. "Anggaplah aku seperti pembantumu yang bodoh. Aku tidak akan melakukan apapun kalau tidak kau suruh. Tapi aku akan sangat berterimakasih kalau kau bisa menghargai hasil kerjaku."

"Bagaimana caranya?"

"Mungkin dengan mengerang sedikit lebih kencang?" Jemarinya menggeliat masuk, membuatku harus menahan tubuhku dengan kedua tanganku agar tidak terkulai.

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang