Kupandang ke kejauhan, sungai Han dan jembatan yang membelahnya. Lampu kota yang berkelip-kelip berbagai warna, dan lampu kendaraan yang mengular membentuk garis-garis putih dan merah.
"Matamu bengkak loh nanti kalau kau tidak tidur." Tangan Yoongi mengulurkan sekaleng bir dingin.
Aku tersentak. Sepertinya aku begitu terhanyut dalam lamunan hingga tidak mendengar Yoongi sama sekali.
"Oppa kenapa bangun?"
"Kau yang kenapa? Kau selalu bangun jam segini kalau sedang stress."
Oh, jadi dia tahu. Kuterima kaleng itu lalu langsung meneguk isinya.
"Ada sesuatu yang menggangumu?" Yoongi juga meneguk birnya. "Kukira kau suka dengan perubahan di perjanjiannya."
"Iya, aku lebih nyaman dengan perjanjian kita sekarang."
"Jadi kenapa?" Yoongi mengelus bahuku. "Bukankah seharusnya kau bisa tidur nyenyak malam ini? Besok akan sangat melelahkan buat kita berdua."
Aku bergidik. Sentuhan Yoongi yang dimaksudkan untuk menenangkanku, justru membuatku bergidik. "Aku takut." Suaraku sengau tak terkendali. "Aku takut kau hanya berpura-pura menyukai perubahan itu padahal tidak."
Yoongi terlihat bingung. "Kau tahu aku tidak akan menyetujui apapun apabila aku tidak menyukainya. Bahkan apabila yang memintanya adalah kau."
"Aku tidak yakin. Kau sering berbohong."
Yoongi memutar matanya, tampak gusar. Emosinya memuncak dengan cepat. "Hana, Pernikahan kita, kalau bukan tentang cinta, artinya bisnis. Dan bisnis tidak akan pernah berjalan lancar apabila ada pihak yang tidak suka dengan perjanjiannya."
"Kau pikir aku menyusun perjanjian itu hanya berisi hal-hal yang kusuka? Aku juga memikirkan apa kira-kira yang kau inginkan waktu menyusunnya."
"Dan kalau ternyata ada point yang tidak kau suka, tentu kita harus mencapai kesepakan tentang perubahannya. Karena perjanjian ini, bisa jadi buat seumur hidup kita."
Aku tertegun mendengar penjelasan panjang lebarnya. Terkikik kecil. "Dasar pebisnis."
Yoongi pun tertawa. "Maaf. Itu satu-satunya hubungan dengan orang lain yang kutahu. Keluarga atau bisnis."
"Kau tidak pernah punya pacar?"
"Tidak pernah." Yoongi menggeleng, tiba-tiba terlihat malu. "Well, aku pernah sangat menginginkan seseorang untuk menjadi pacarku. Tapi aku pun tidak memperlakukannya dengan benar."
Ia menatapku, rona merah masih membayang di pipinya. "Kau?"
Mendadak aku terasa bagaikan tercekik. Cepat-cepat aku meneguk birku, lalu memandang lagi ke luar jendela. "Satu."
Yoongi tampak curiga dengan perubahan sikapku. "What's your story?"
Tanganku menyentuh kaca di hadapanku, seakan berusaha menggapai pemandangan di luar. "Dia punya pemandangan seperti ini di apartemennya."
"Hm, dia kaya." Yoongi menenggak habis birnya lalu melempar kalengnya asal-asalan ke pojokan ruangan.
"Dia idol generasi diatasku. Kami bertemu di music show. Waktu itu, Lightning Girls masih rookie, sementara dia comeback show setelah selesai wamil."
"Apakah dia yang membuatmu jadi pasif begini?"
Aku tertawa miris. "Tidak. Dia menyukai aku yang menurut dia berapi-api."
"Oppa, apa kau tau bagaimana leader di idol grup diperlakukan?" Aku menatap Yoongi tajam. "Aku akan disalahkan atas apapun. Apabila aku mengusulkan sesuatu, meminta sesuatu, dan hal itu gagal, itu semua salahku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ LeeHana adalah perempuan dengan impian yang sederhana, membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan. Yang dimilikinya hanyalah semangat untuk meraih impian sebagai selebriti, sesuatu yang sudah dijalaninya be...