Aku membenamkan wajahku di sandaran kursi kelas bisnis yang empuk dan nyaman. Berusaha memusatkan perhatian pada buku yang baru saja kubeli di bandara transit.
Diluar, langit malam Jerman tampak berawan dan berwarna keunguan. Perjalanan ini sangat panjang. Aku baru akan tiba besok tengah hari di Seoul.
Manajer Song sudah kusuruh kembali ke Korea lebih dulu. Kurasa ia naik pesawat kemaren malam yang sama dengan Seoho. Aku benar-benar tidak ingin ia membocorkan kejutanku buat Yoongi.
Seharian, aku sengaja tidak mengangkat ponselku. Aku ingin memberi ilusi kalau aku sangat bersenang-senang di tour kami di Milan sampai tidak mengecek ponsel.
Dan anehnya, aku merasa jumlah orang yang meneleponku meningkat drastis seharian ini. Tanpa melihat satupun penelepon, aku memutuskan untuk menyalakan mode silent, lalu mengubur ponselku di bagian terdalam tasku.
Aku yakin Yoongi mencari-cariku. Dia selalu agak posesif. Dan seringkali seenaknya sendiri. Tapi, setelah bertahun-tahun tidak pernah mendapat perhatian seperti ini, aku justru merasa senang dengan perlakuan Yoongi.
Kupandangi cincin pertunangan kami. Menggerak-gerakkan jariku, menikmati warna pelangi yang dibiaskan tatahan berliannya.
Aku bahkan belum memberitahu keluargaku mengenai pertunangan kami, mereka belum pernah bertemu Yoongi. Perayaan 200 hari ini, aku ingin mengabarkan kabar bahagia ini pada Ayah dan adik-adikku.
Kutelan pil tidur, lalu merebahkan tubuhku. Aku membayangkan betapa Yoongi terkejut melihat kedatanganku. Tawa lebarnya. Pelukan eratnya. Kupeluk tubuhku sendiri, aku sudah rindu dengan hangatnya tubuh Yoongi.
Akhirnya Hana, hidupmu tidak lagi menderita. Kau akan segera mendapatkan suami yang memperlakukanmu dengan baik dan menjamin masa depanmu. Aku tersenyum saat sedikit demi sedikit suara halus derum mesin pesawat membawaku ke alam mimpi.
- - - 🔹🏺🔹- - -
"Selamat siang Jenna." Yoongi tersenyum sambil menangkupkan tangannya di meja kerjanya. "Bagaimana pekerjaan pertamamu?"
Jenna tampak murung, sungguh berbeda dengan kemaren saat ia baru bertemu Yoongi. "Pekerjaan? Aku bahkan belum diterima menjadi pegawaimu."
"Oh, kau mau mengikuti jalur audisi standar, Jenna?" Yoongi tertawa mencemooh. "Kau pikir muka 27 tahunmu ini bisa bersaing dengan bocah 15 tahun?"
Jenna menggigit bibirnya. Yoongi selalu berlidah tajam, tapi ia tidak menyangka kalau Yoongi bisa sekejam ini padanya.
"Lagipula aku membayarmu kok buat pekerjaanmu kemaren." Yoongi mengedikkan bahunya. "1,5juta won, ditambah menginap di hotel bintang 5 dan kubelikan baju, sepatu dan tas bermerk serta makeup dan tata rambut di salon terkenal."
"Kau tidak berhak protes. Itu jauh lebih mahal daripada perempuan penghibur manapun yang pernah kusewa."
"Aku bukan perempuan penghibur." Jenna merengut.
Yoongi menggertak. "Yakin?"
Jenna terdiam.
"Jenna. Aku ini mengurus ratusan orang yang punya cita-cita sepertimu. Aku tahu apa yang mereka rela lakukan buat mendapatkan ketenaran." Yoongi bangkit dari duduknya, lalu berpindah ke sofa. Menuangkan whiskey dari decanter di meja kopinya ke gelas kristal.
Ia merasa berbeda. Bersemangat dan panas. Kejam dan penuh keinginan untuk mengontrol.
Saat Hana ada disebelahnya ia bisa merasakan ia lebih santai dan banyak tersenyum. Tapi hanya beberapa hari tanpa Hana, ia kembali menjadi Yoongi yang berlidah tajam dan bertangan besi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ LeeHana adalah perempuan dengan impian yang sederhana, membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan. Yang dimilikinya hanyalah semangat untuk meraih impian sebagai selebriti, sesuatu yang sudah dijalaninya be...