TW: Kata-kata makian bertebaran. Brace yourself.
- - - 💠💠💠 - - -
"Asyik ya kalau pemenang award, langsung dikasih libur sehari." Seoho membenamkan wajahnya dipangkuanku mulai main-main menggigiti pahaku.
"Makanya, menang award donk." Aku menggodanya, sambil memainkan rambutnya yang kusut.
"Aku sudah menang ratusan award, sayangku." Ia bangkit, menciumku sambil mendorong tubuhku hingga aku kembali berbaring di sebelahnya. "Tapi kemenangan yang paling kusuka cuma satu."
"Award yang manakah?" Aku mengelus wajahnya, menciumnya perlahan. Merasakan bibirnya yang kering balas mengulum bibirku, dan lidahnya menyapu lidahku lembut.
"Yang didepanku ini." Ia tertawa lebar, menatapku dalam-dalam. "Setahun terakhir ini, biarpun tanpa status, aku merasa kau tetap memperlakukanku seperti pacarmu."
"Aku senang." Ia terkikik riang. Tawanya begitu lebar hingga matanya menyipit. Sungguh menggemaskan.
"Maafkan aku." Aku menghela napas, mengelus alisnya dan tulang pipinya. Sungguh, makin hari, rasa bersalah semakin menumpuk di dadaku setiap kali Seoho mengungkit hal tersebut.
"Hey hey, jangan bersedih." Ia menarik tanganku dan menghujaniku dengan kecupan. "Aku tidak apa-apa, sungguh. Aku justru senang kau tulus memikirkan karirku."
Mau tidak mau aku tersenyum, walaupun terbersit pikiran bahwa aku tidak lebih daripada seorang penipu. "Kenapa kau manis sekali?"
"Hehehe..." Ia nyengir lebar. Bangkit duduk bersandar di header tempat tidurku. Aku ditariknya agar duduk di sebelahnya. Pandangannya tidak pernah lepas dariku sambil jemarinya memainkan rambutku.
Aku tidak tahan lagi. Kupeluk pinggang Seoho erat dan kubenamkan wajahku di dadanya. Setahun ini kami adalah dunia bagi satu sama lain.
Dia orang pertama yang kusapa begitu aku bangun tidur, dan orang terakhir yang mendengar suaraku sebelum aku tidur. Orang pertama yang kukabari kalau aku mendapat libur. Orang yang mendengar semua tangisan dan kemarahanku di hari-hari burukku, serta orang yang merayakan bersamaku di hari-hari bahagiaku.
"Aku beruntung memilikimu."
"Aku yang beruntung."
"Kau membuatku tetap waras."
"Dan kau membuatku tetap bisa tertawa." Ia mendekatkan wajahku, hidungnya menyentuh hidungku. "Begitu dating banku berakhir, aku akan kejar kau sampai ujung dunia sampai kau bersedia jadi pacarku."
Ia tiba-tiba bangkit. "Aku mau mandi. Aku harus segera pergi, ada jadwal photoshoot." Ia meregangkan tubuhnya. "Aku bisa kesini lagi tidak ya seberes photoshoot? Aku malas pulang ke dorm."
Aku menunggu hingga suara shower terdengar di kamar mandi. Lalu melangkah ke dapur untuk membuat kopi.
Kepalaku sedikit sakit. Hangover.
Jam sudah menunjukkan hampir jam makan siang, tapi kami berdua baru bangun. Semalam, setelah acara award, aku harus langsung membuat live stream, mengupdate social media. Segalanya baru selesai pagi buta, saat Seoho muncul di apartemenku masih dengan kostum panggungnya.
Kami minum-minum merayakan kemenanganku. Walaupun lelah luar biasa, kami berdua mabuk. Dan drunk sex selalu sangat menyenangkan.
Aku tidak ingat pasti apa yang kami lakukan. Tapi, bersama Seoho tidak ada yang perlu kukhawatirkan. Hingga akhirnya kami berdua jatuh tertidur sambil berpelukan.
Suara gemericik kucuran kopi membuatku pikiranku terbawa melayang ke alam lamunan.
Aku mengacau segalanya. Seharusnya, aku menolaknya sejak awal. Hubungan kami, terlanjur terlalu dalam. Aku tidak sanggup menghentikannya. Sedangkan dia tidak akan mau berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ LeeHana adalah perempuan dengan impian yang sederhana, membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan. Yang dimilikinya hanyalah semangat untuk meraih impian sebagai selebriti, sesuatu yang sudah dijalaninya be...