18. Yoongi XV

895 48 26
                                    

Aku duduk sendirian di meja makan bertaplak putih. Restoran ini begitu mewah. Lampunya temaram, dengan lighting yang diatur agar cahaya terfokus pada hidangan yang disusun cantik di meja.

Chandelier yang sangat besar dan berkilauan menggantung di tengah ruangan. Menambah kesan elegan di dinding kosong yang digantungi lukisan-lukisan abstrak.

Aku mencoba makan dengan lagak seanggun mungkin, mencoba mengingat-ingat tata krama makan di restoran fine dining yang videonya kutonton di Youtube.

Ini malam yang istimewa. Mungkin menentukan karirku selanjutnya.

Tanganku berkeringat karena tegang. Perlahan kusapukan ke mini dress hitam yang kukenakan. Gaun ini baru kubeli, khusus buat malam ini. Bersama tas dan sepatu yang cocok. Dan lingerie yang kupakai dibawahnya. Semuanya dari brand fashion Eropa. Tidak lupa makeup dan tata rambut di salon terkenal. Mungkin, bulan ini Yoongi akan tersedak melihat jumlah tagihan di kartu kreditnya.

Seorang pria menghampiriku, menarik kursi di hadapanku. Ia duduk dengan anggunnya. Tersenyum penuh sopan santun sambil menyapa. "Hana. Selamat datang di Exquis. How's your food?"

Tampaknya ia tidak menunggu jawabanku. Karena sebelum aku sempat membuka mulut, ia sudah melambaikan tangannya buat memanggil salah satu pelayan.

Ia berbicara sebentar dengan pelayan itu. Dia berbicara dalam bahasa Korea tentu saja. Tapi aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Terlalu banyak istilah dalam bahasa asing yang aku tidak pahami.

Ia mulai mengambil makanannya menggunakan garpu sedikit demi sedikit. Gayanya seperti chef di acara masak, menakar porsi suapan dengan menciduk sedikit-sedikit.

Saat akhirnya ia menyiapkan makanan itu ke mulutnya, aku mulai bicara. "Makannya sangat enak, Seokjin oppa."

Ia berbisik dengan rona wajah puas. "Terima kasih."

"Apakah ini tomat yang waktu itu?" Aku meletakkan garpu dengan sangat berhati-hati, berusaha tidak menimbulkan denting sedikitpun.

"Tidaklah. Masa simpan tomat tidak sampai 3 minggu." Seokjin mengerucutkan bibirnya. Sungguh aneh melihat sosok yang seakan setengah mati membuat image aristokrat ini tiba-tiba bergaya imut seperti idol begitu.

"Kuharap kau tidak pernah mengganti pupuknya." Aku memberi gesture oke menirukan para chef di acara masak.

Seokjin tertawa. "Tentu. Pupuk terbaik harus dipertahankan."

Ia memalingkan wajah sejenak saat pelayannya mengantarkan sebotol wine. Membukanya, lalu menuangkan ke gelas-gelas kosong di hadapan kami.

Ia mengangkat gelasnya, memutar-mitarnya, menghirupnya, lalu menatapku. "Jadi, ada perlu apa denganku sampai kau minta bertemu langsung tanpa melalui Yoongi?"

Aku menyentuh gelas wine ku. "Direktur Kim meminta sesuatu padaku, yang tidak bisa kupenuhi. Temanku memberi tahu kalau mungkin Seokjin oppa bisa membantuku."

"Aaa..." Seokjin mengangguk.

Aku mendapatkan nomer Seokjin dari Joy. Ia awalnya tidak mau memberikan, karena "Dia ini sungguh tidak bisa dipercaya, Hana. Orangnya pamer. Bisa saja namamu tersebar di circlenya sebagai gadis murahan yang bisa diajak one night stand kapan saja."

Tapi aku tidak punya pilihan. Aku harus menunjukkan pada Yoongi kalau aku memiliki daya tarik sebagai brand. Lagipula, Yoongi sendiri yang bilang aku bisa mendapatkan banyak keuntungan dari pria semacam kakaknya ini.

Seakan tahu pasti apa maksudku mendekatinya, Seokjin langsung mengundangku makan malam di salah satu restoran miliknya.

"Aku hanya ingin bertanya langsung, apa mungkin Seokjin oppa bisa membantuku." Kali ini suaraku sedikit gemetar.

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang