41. Yoongi XXXVIII

613 33 58
                                    

"Hana, bolehkah aku disini sebentar?" Suara bisikan dari kegelapan mengejutkanku.

"Seo-seoho?" Aku mengerjap-ngerjap berusaha beradaptasi dengan kegelapan dalam kamarku. Lambat lain aku bisa melihat siluetnya.

"Tidak bisa. Bagaimana kalau nanti ketahuan ayahku?" Aku mendesis.

Setiap malam Seoho tidur bersama Ayahku di ruang tengah, sementara aku tidur di kamarku sendiri.

"Aku hanya ingin bicara." Ia berbaring di sebelahku. "Aku tidak akan berisik."

2 malam lalu, di kebun strawberry ayahku, Seoho menolak untuk menceritakan apapun. Ia langsung mendorongku menjauh, berdiri, merapikan pakaiannya.

Tanpa bicara sepatah katapun, ia memunguti strawberry yang berserakan di lantai. Lalu langsung mengajakku pulang.

Perjalanan pulang kami sangat mencekam. Sesampainya di rumah pun ia langsung duduk di dipan depan rumah dan menyulut rokoknya. Sama sekali tidak menengok lagi ke arahku.

Tapi, sesuai perkiraanku, keesokannya Seoho menyapaku dengan senyum lebar dan keceriaan yang berlebihan. Sulit dipercaya kalau ia bersedia untuk bersandiwara hingga sejauh ini.

Ayahku sesekali mencuri pandang ke arah kami. Melihatnya tersenyum melihat kami berdua, membuatku miris.

Anehnya, Seoho tampak sangat bersemangat membantu ayahku di kebunnya. Sementara aku hanya seakan kembali ke masa kecilku, menyiapkan makan siang dan makan malam, lalu menunggu keduanya pulang untuk makan bersama.

Di hari terakhir kami menginap di rumahku, Ayahku tidak membuang kesempatan untuk mendorong kami ke arah kehidupan ideal menurut versinya.

"Aku akan sangat senang kalau segera bisa punya menantu seperti Seoho." Ucapnya blak-blakan sambil mengunyah makan siangnya.

"Appa. Jangan tertipu." Aku menuangkan air ke gelasnya. "Ini sedang liburan. Kalau sudah bekerja, Seoho ini, tidur saja tidak sempat."

Seoho mengangguk-angguk. Pipinya menggembung oleh banyaknya makanan yang disuapnya.

"Sesibuk itukah?" Ayahku ternganga.

"Iya Appa. Kami sangat sibuk. Pekerjaan kami bukan cuma syuting atau menyanyi. Ada banyak latihan dan kursus yang perusahaan jadwalkan buat kami. Aku juga ada kuliah online."

"Waaah. Tidak kusangka." Ayahku tampak semakin kagum pada Seoho. "Kukira grupmu itu paling manggung di acara ulang tahun atau sekolah."

Seoho tersedak kaget, makanan setengah terkunyah berhamburan dari mulutnya ke segala arah. Aku tertawa terbahak-bahak, menepuk-nepuk punggung Seoho yang terbatuk-batuk.

"Appa!!! Seoho tahun lalu bahkan hampir tidak tinggal di Korea karena tour dunia." Aku tertawa terbahak-bahak. "Masa' kau tidak pernah lihat mukanya di iklan?"

Ayahku mencebik. Berusaha menutupi rasa malunya dengan membantuku membersihkan meja.

"Tour dunia itu apakah artinya kau manggung di negara lain?"

"Iya Abonim. Konser kami berpindah-pindah negara."

Ayahku cepat-cepat menyalakan ponselnya. "Sini, sini. Tunjukkan padaku negara mana saja tempat konsermu? Wah, aku keluar dari kota ini saja rasanya tidak sampai sejumlah jari tanganku ini. Ternyata dewa malah memberikan aku calon menantu yang kerja berkeliling dunia."

"Appa..." Aku menyergah.

Tapi lalu aku terdiam saat Seoho memberikan isyarat bahwa ia tidak apa-apa.

Aku memandangi mereka sambil memutar-mutar gelas berisi air putih di tanganku. Seoho tampak begitu bersemangat menceritakan negara-negara yang pernah disinggahinya, sementara ayahku terus bertanya-tanya.

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang