Aku melangkah keluar dari Libreria del Mondo Offeso memeluk sebuah buku yang dibungkus kantung plastik di dadaku. Buku ini sangat berharga.
"Kok cepat?" Seoho yang berdiri menyandar di tembok luar toko buku sambil membaca webtoon di ponselnya langsung mensejajari langkahku.
"Aku sudah pesan bukunya. Ini mengambil saja." Aku tersenyum.
Seoho hanya menggumam tidak jelas. Ia tidak tertarik pada buku, dan bukan tipe orang yang suka berbasa-basi untuk hal yang tidak ia sukai.
"Ayo kita ke Starbucks." Ia membuka ponselnya.
"Starbucks? Sudah di Italia kok ke Starbucks?" Aku heran dengan pilihan Seoho.
"Kau tidak akan menyesal. Tempatnya keren lho."
"Yakin?" Aku mengeluarkan ponselku, hendak mencari info.
Ia tertawa merebut ponselku. "Jangan dicari dulu. Nanti kejutannya berkurang." Dipeluknya bahuku saat kami menyeberang jalan. "Kau percaya padaku kan?"
Aku memandang wajahnya yang hanya berjarak beberapa centimeter dari wajahku. Diam-diam perasaan hangat menyesap dalam dadaku. "Iya. Ayo kesana."
Dan Seoho memang tidak bohong. Aku terpana melihat bangunan megah yang menjadi satu-satunya Starbucks di Italia. Belum lagi bagian dalamnya.
Aku langsung lupa kalau ini adalah restoran, dan kami seharusnya memesan. Aku justru langsung mencari sudut-sudut yang menarik dan berfoto-foto.
Seoho tertawa geli melihat tingkahku, tapi ia justru bergabung denganku. Bagaimanapun kami berdua paham bahwa membuat konten social media adalah bagian dari pekerjaan kami.
Setelah beberapa lama akhirnya Seoho mengantungi ponselnya. "Ayo, pesan."
Saat itu, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku melihat displaynya. Yoongi. "Maaf aku harus menerima telepon ini."
"Oke. Kau carilah kursi. Aku pesankan. Yang biasa kan?"
Aku mengangguk. Lalu berjalan berkeliling. Hingga akhirnya aku memilih untuk duduk diluar. Di kursi bulat yang dinaungi atap setengah lingkaran dan dikelilingi jeruji besi. Bagaikan duduk di dalam sarang burung raksasa yang cantik.
Aku menerima telepon sambil tersenyum. "Ya, Yoongi oppa?"
"Kau sedang apa?"
"Syuting baru selesai. Aku sedang jalan-jalan."
"Hati-hati. Di Italia itu banyak copet, pastikan Manajer Song tidak jauh-jauh darimu."
"Siap!" Aku tertawa kecil.
"Katanya Namjoon memberi kalian tour. Kau tidak ikut?"
"Tournya besok."
"Oh baiklah. Sudah dulu ya teleponnya. Aku ada meeting."
"Baik, oppa. Aku sayang kau."
"Aku juga sayang kau."
Aku menutup telepon itu berbarengan dengan Seoho datang membawa dua gelas kopi dan sebuah pizza yang bentuknya agak tidak beraturan.
"Vanilla latte buatmu." Ia meletakkan segelas di hadapanku. "Cold brew buatku." Ia meletakkan lagi segelas di dhadapannya. "Pizza buat kita." Ditariknya pizza itu tepat diantara kami berdua.
"Kau masih ingat."
"Mana mungkin aku lupa. Belum pernah aku ketemu orang yang minum latte seminggu bisa sepuluh kali sepertimu." Ia mencibir.
Aku tertawa. "Terima kasih."
"You're welcome."
Kami berdua sama-sama terdiam. Aku mulai memotong-motong pizza kami. Sementara Seoho melamun melihat ke arah jalanan di depan Starbucks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ LeeHana adalah perempuan dengan impian yang sederhana, membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan. Yang dimilikinya hanyalah semangat untuk meraih impian sebagai selebriti, sesuatu yang sudah dijalaninya be...