37. Yoongi XXXIV

617 37 12
                                    

Trigger warning: Mengandung part berkenaan dengan suicide.

- - - 💠💠💠 - - -

Aku berdiri di pintu keluar memandangi ponselku. Sudah 1 jam lebih aku berusaha menelepon Yoongi tanpa hasil. Tidak satupun teleponku diangkatnya.

Kucoba mengingat-ingat. Apakah Yoongi sedang ada jadwal meeting? Seingatku dia bilang tidak ada.

Aku begitu kaget waktu ponsel itu tiba-tiba berbunyi. Segera kulihat layarnya. Ayahku menelepon.

"Ya, Appa?" Aku segera menjawabnya.

"Jaeyoon dan Jaesuk katanya baru bisa video call denganmu satu jam lagi. Tidak apa-apakah?"

Aku memandang jam di pergelangan tanganku. "Tidak apa-apa."

"Kenapa tiba-tiba kau ingin video call dengan kami semua?"

Aku tertawa. Ayahku memang mudah curiga. "Tidak ada apa-apa. Hanya kangen kalian semua. Susah menelepon dari Eropa, aku bingung dengan perbedaan waktunya."

Terdengar ayahku berdecih. "Kalau kau cuma ingin memperkenalkan pacarmu, bawa langsung dia kesini."

Aku tertawa lagi. Sulit memang menipu ayahku.

"Cari pria yang bisa menerima masa lalumu. Bukan yang cuma melihat dirimu sekarang yang sudah kaya dan sukses."

"Bukan Appa. Bukan pacar." Aku tersenyum. Aku tidak berbohong bukan? Yoongi memang sudah bukan lagi pacarku. "Sudah dulu ya Appa. Aku baru sampai di Seoul. Aku lelah sekali, penerbanganku tadi hampir 20 jam."

"Jaeyoon dan Jaesuk akan menginap di rumah akhir pekan ini. Jadi video call besok juga tidak apa-apa." Ayahku terdiam. "Istirahatlah. Jangan sampai kau sakit. Kau sudah bekerja keras buat kami."

Aku menghela napas. "Appa, kau juga bekerja keras buat kami. Biarkan aku membalasmu sekarang."

Ayahku terdiam. "Baiklah. Kutunggu video call mu." Lalu teleponnya terputus.

Aku masukkan ponselku ke dalam padded jacketku. Cepat-cepat aku mencari jasa kurir antar untuk mengirim koper-koper ke apartemenku. Hanya sebuah tas tangan mungil dan hadiah buat Yoongi yang kubawa.

Setengah berlari aku menuju lokasi mengantri taksi. Mengabaikan tatapan orang yang memperhatikanku dan diam-diam mengambil foto.

Di dalam taksi, aku memandangi langit mendung melalui jendela sambil mengulum senyum. Perasaanku membuncah di dalam dadaku. Kuelus tas kertas berisi champagne dan buku di pangkuanku.

Yoongi, I miss you.

- - - 🔹🏺🔹- - -

Aku tercengang melihat para petinggi perusahaan dengan asisten atau sekretaris mereka, saling bertukar pandang dan berbisik-bisik, berkumpul di depan pintu ruang kerja Yoongi.

Aku menyeruak, menemukan Hyungjoon berdiri tepat di depan pintu menelepon dengan wajah sedikit panik.

"Hyungjoon? Ada apa ini?" Aku menepuk bahunya.

"Hana?!" Ia tampak kaget. "Direktur Kim membuat meeting mendadak, tapi sudah 2 jam lebih ia tidak muncul. Jadi kami kesini untuk memastikan ia baik-baik saja."

Aku mengerjapkan mata. Aneh sekali. Yoongi memang suka membuat meeting dadakan. Tapi kali ini tampaknya ia mengosongkan sebagian lantai ini.

Apakah ia menemui seseorang yang sangat rahasia di dalam ruangannya?

Ia pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya, saat ia membiarkan anak buah Taehyung memukuli rekan bisnisnya yang ingkar atas kontrak kerja.

"Kenapa kalian tidak masuk saja?" Aku bingung.

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang