60. Yoongi XXXXXVII

442 33 16
                                    

Yoongi berbaring di sofa di ruang kerjanya. Tangannya terlipat menutupi matanya.

Diliriknya ponselnya yang digenggamnya. Notifikasi berbunyi. Tanda transfer uang kepada Hana sukses.

Ia menghela napas, berusaha mengatur detak jantungnya yang berdegup begitu kencang. Ia akan lakukan apapun asal Hana tetap hidup.

Ia akan merangkak dan menjilati kakinya kapanpun diminta. Memeluk dan menghiburnya kapanpun diinginkan. Membayarnya berapapun kalau itu yang Hana mau.

"Yoongi bodoh." Ia mengerang. Ya, ia merasa sangat bodoh.

Terdengar pintu ruangannya terbuka. Hanya dengan irama langkah kakinya, Yoongi mengetahui siapa yang masuk.

"Hyungjoon, buatkan appointment buat Hana ke dokter Kim malam ini. Ah, jangan malam, sore saja sekitar jam 5. Biar aku bisa makan malam dengannya setelahnya." Ia bangkit duduk, langsung meminum kopi dingin yang dibawakan Hyungjoon.

Hyungjoon mengeluarkan tabletnya, lalu memasukkannya ke jadwal. "Ada lagi Direktur Kim?"

Yoongi hendak menyuruhnya pergi ketika ponselnya berbunyi. Ia memberi isyarat agar Hyungjoon menunggu saat ia membaca isinya.

Matanya menyipit marah, dan bibirnya menyeringai. Hyungjoon mundur selangkah. Ia sudah belajar dari pengalaman kalau itu adalah tanda-tanda awal dari teriakan murka dan sambitan barang-barang dari tangan Yoongi.

Tapi kali ini Yoongi hanya menggeram. "Hyungjoon jadwalkan meeting dengan Hoseok dan Jimin. Hari ini, sesegera mungkin."

Hyungjoon memasukannya ke jadwalnya.

"Tolong kosongkan jadwalku dari jam 5 itu. Apabila ada yang ingin meeting, kurasa aku bisa terima video call sekitar jam 10 malam."

"Siap, Direktur Kim." Hyungjoon mencatatnya. "Ada lagi?"

Yoongi menatapnya tajam, tidak berkata apa-apa. Hyungjoon yang awalnya menunggu, lama kelamaan jadi salah tingkah.

"Hyungjoon, kudengar kau mau resign?"

Hyungjoon tergagap. Ia tidak menyangka akan ditembak dengan pertanyaan yang begitu tiba-tiba.

Betul ia berpikir untuk berhenti bekerja menjadi asisten Yoongi. Sekian tahun bekerja padanya, mulai tumbuh ketertarikan pada industri entertainment dalam dirinya. Dan ia ingin berkembang, mendirikan agency kecilnya sendiri.

Tapi ia tidak pernah secara terbuka menyatakan hal itu. Apakah kebiasaannya bertanya-tanya sana-sini tentang manajemen artis membuat ia dicurigai.

"Kenapa kau bengong begitu?" Yoongi mencecarnya lagi.

"Ah, bukan begitu Direktur Kim. Saya hanya punya beberapa ide, dan saya pikir..."

"Kau mau jadi sainganku?"

"Tentu tidak sama sekali, Direktur Kim." Hyungjoon nyaris tersedak.

"Kau tau, situasi KYNG sedang tidak bagus." Yoongi bangkit. Berdiri berkacak pinggang di hadapan Hyungjoon. "Dan aku ada firasat segalanya hanya akan semakin memburuk."

Yoongi menepuk bahu Hyungjoon. "Kau ini, tau terlalu banyak. Terlalu bahaya membiarkanmu jadi sainganku." Ia menatap Hyungjoon dengan tawa sinis.

Hyungjoon menelan ludahnya dengan tegang. Hal seperti ini tidak pernah sama sekali terbayangkan olehnya akan terjadi.

Yoongi menghela napas. Ganti menepuk tangan Hyungjoon. "Siap-siap, oke?! Kau mungkin akan segera kehilangan pekerjaan. Tapi kau satu-satunya harapanku."

"Ba-bagaimana maksudnya, Direktur Kim? Apakah sa-saya dipecat?"

Yoongi tersenyum. Hyungjoon tercekat. Baru kali ini ia melihat Yoongi tersenyum semanis itu.

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang