Pintu apartemen mewah itu menceklik terbuka. Seorang perempuan berambut dicat neon pink memasuki ruangan dengan langkah terseok.
Ia menyandarkan tubuh tinggi langsingnya di tembok, menghela napas panjang sebelum akhirnya membuka sepatunya dan melangkah masuk.
"Ah, Yoongichi. Kau belum tidur?"
Yoongi tidak memalingkan wajahnya dari TV yang sedang menayangkan sebuah film science fiction. "Sejak kapan aku sudah tidur jam segini?"
"Ini jam setengah 4 pagi." Jenna membuka jaket kulitnya, dan meletakkannya bersama dengan tasnya di kursi meja makan.
"Dari mana saja kau sampai sepagi ini?" Yoongi bertanya acuh.
"Kan kau yang suruh aku menemani si produser dari Amerika itu." Ia mengambil botol teh dari kulkas, lalu meminumnya. "Ia menyebalkan. Ia rasis, terus-terusan mengata-ngataiku."
Yoongi hanya meliriknya acuh. "Tapi kau dapat lagu yang katanya dia akan kasih buat Beyonce itu? Kita butuh lagu itu buat Jaemida."
Jenna menunjuk tasnya.
Yoongi beringsut dari sofa, mengeluarkan map dari dalam tas Jenna, meneliti isinya lalu tersenyum lebar.
"Apa yang kau lakukan buat mendapatkan ini?"
Jenna terdiam sejenak, menatap lantai. "Biasa. Apa yang harus kulakukan."
Yoongi melemparkan map itu ke meja. Ia mengedikkan bahunya. "Ya sudah, sana mandi. Jangan lupa douche*."
Jenna mematung buat sekejap, tapi ia tahu perkataan Yoongi adalah perintah baginya. Diletakkannya tehnya di meja walaupun ia masih merasa haus. Lalu melangkah pelan ke kamar mandi.
"Oh, Jenna, aku belikan kau douche organik dari Goop. Aku langsung pesankan banyak berbagai macam buatmu. Sudah kuletakkan di kamar mandi."
Senyum samar muncul di bibir Jenna. "Terima kasih, Yoongichi."
Ia lalu masuk ke kamar mandi, menutup pintunya dengan perlahan sebelum terdengar suara shower mengalir.
Yoongi melirik pintu kamar mandi, mematikan suara TVnya. Kini suara keran air di wastafel mengalir deras. Ia mulai menghitung. Satu, dua, tiga, empat, lima. Kini keran bathtub dibuka.
Ia menghela napas. Jenna pasti sedang menangis lagi di dalam kamar mandi.
"Arrrggghhh!!!" Yoongi mencakar mukanya sendiri, kakinya menyepak-nyepak.
Ia sangat lelah, dan ngantuk. Tapi gara-gara Seokjin, ia tidak bisa tidur.
Harinya dimulai dengan meeting direksi dan pemegang saham, entah sudah yang keberapa kali dihadirinya setelah kejadian hari itu.
Para saudaranya berbaik hati padanya. Hanya menskorsnya, pada saat mereka punya kekuatan untuk memecatnya.
Seselesainya meeting, Yoongi memisahkan diri. Ia ingin pergi ke klub Taehyung. Menyewa perempuan atau laki-laki yang bisa membuatnya melupakan sejenak kekalutannya.
Tapi, baru beberapa langkah ia keluar dari ruang meeting, tangan yang kuat menggamit dan menyeretnya sepanjang koridor gedung, menuju ke sebuah mobil sedan sport mewah bewarna pearlescent merah yang diparkir seenaknya di carport lobi kantornya agar semua orang bisa melihatnya
Yoongi merengek minta dilepaskan. Tapi Seokjin tidak sedikitpun mengendurkan pegangannya.
"Ayo makan." Bibir seokjin menyunggingkan senyum lebar. Tetapi matanya menatap Yoongi dingin.
Dan Yoongi tahu bahwa inilah saat dimana ia sebaiknya diam.
Seokjin dan Namjoon bagaikan satu otak dalam dua tubuh. Salah kata kepada Seokjin, Namjoon bisa langsung membuat Yoongi kehilangan perusahaannya, hartanya bahkan namanya di daftar ahli waris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ LeeHana adalah perempuan dengan impian yang sederhana, membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan. Yang dimilikinya hanyalah semangat untuk meraih impian sebagai selebriti, sesuatu yang sudah dijalaninya be...