Aku terengah-engah. Keringat mengalir di dahi dan leherku. Pakaianku yang minim dan berbahan murahan, terasa lengket dan gatal.
Mataku menatap tajam kepada seorang pria yang menatapku lekat dari balik kameranya.
"Cut!" Sutradara music show memberi tanda kalau penampilan kami sudah selesai. Ia langsung membalikkan tubuhnya, berbicara kepada staf dari agency besar yang grupnya menjadi nominasi pemenang malam ini.
Aku dan memberku, kami berlima merapatkan barisan, lalu kompak membungkukkan tubuh kepada para staf stasiun televisi. Senyum lebar terukir di wajahku.
"Terima kasih banyak. Kami Lightning Girls, mohon ingat nama kami dan mohon dukungannya."
Saat membungkuk, aku memejamkan mataku, berusaha mengatur emosiku. Masih harus melakukan ini di tahun ketujuh karierku, rasanya menyakitkan.
Setelahnya, kami tidak membuang waktu. Langsung berjalan menuju belakang panggung.
Kami tahu kenyataannya. Filler, pengisi. Kami bisa tampil hanya karena ada grup lain yang dadakan membatalkan penampilan mereka.
Belakang panggung begitu penuh orang. Semuanya terlihat tegang, mengulang-ulang lirik dan tarian mereka.
Kami menuruni tangga besi yang berkerut dengan gontai. Tidak ada yang mengenali kami. Bahkan, manajer kami memilih pulang menjaga bayinya daripada menemani kami menyelesaikan performance hari ini.
"BEGINI PERLAKUANMU PADA GRUP CALON PEMENANG HARI INI, HAH?" Terdengar teriakan dari antara kerumunan.
"SAYA TIDAK BISA TERIMA! KAMU TAHU SIAPA SAYA?"
"Tuan Kim, mohon tenang dulu sebentar."
"TENANG? GRUPKU BERKERINGAT BEGINI. KOSTUM, MAKEUP RUSAK KARENA AC DI RUANG TUNGGU MEREKA TIDAK DINGIN!"
"AC rusak saja rewel. Kita malah tidak punya ruangan sama sekali." Zimi salah satu memberku berbisik.
Kami cekikikan mengejek. "Cowok kok manja." Jenna memberku yang lain menyambung.
Teriakan-teriakan masih terdengar kencang. "Tuan Kim, tidak perlu membuat keributan disini, kita..."
"AWAS!!!"
Aku menengok ke arah teriakan itu dan terbelalak melihat sebuah botol minuman melayang kencang ke arahku.
Jaraknya begitu dekat, aku tidak sempat menghindar, dan botol minuman itu menghantam wajahku begitu kencang.
Pandanganku menghitam.
Aku bisa mendengar jeritan kaget dari sekitarku. Terasa tubuhku melayang jatuh dari tangga, lalu menghantam lantai dengan keras.
Kepalaku langsung pusing. Tapi suara pria itu masih terdengar keras. "KAU DENGAR AKU TIDAK SIH? MUNDURKAN PENAMPILAN CUPID. AKU TIDAK BERSEDIA GRUPKU TAMPIL BERANTAKAN BEGINI!"
"TUAN KIM, INI ADA ORANG YANG TERLUKA!"
"SIAPA SURUH KAU MENGHINDAR? SEHARUSNYA BOTOL ITU BUAT MUKA BUSUKMU INI!"
"Tolong...tolong kami." Terdengar Soori memberku menangis sambil menggenggam tanganku.
"Yaeni, buka matamu." Jem member yang lain menepuk-nepuk pelan pipiku.
Aku membuka mulutku, terasa cairan kental yang asin dan berbau besi mengalir masuk. Darah? Aku berusaha mengangkat tanganku tapi rasanya berat sekali.
Rasa sakit menyengat terasa. "Kakiku, sakit sekali." Aku merintih. Air mata mengalir tanpa bisa kutahan.
"Medis! Tolong! Seseorang tolong kami!" Soori menjerit lagi. Suaranya terdengar kalut dan bergetar.
Pandanganku yang buram mulai menjelas. Aku melihat wajah-wajah yang khawatir mengerumuniku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ LeeHana adalah perempuan dengan impian yang sederhana, membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan. Yang dimilikinya hanyalah semangat untuk meraih impian sebagai selebriti, sesuatu yang sudah dijalaninya be...