1. Dora I

2.1K 107 148
                                    

~ Seoul, Korsel @ Saat ini ~

Perempuan itu duduk di sebuah ruang keluarga yang sangat mewah. Penuh dengan barang antik, karya seni klasik dan furniture bertatahkan emas. Dengan sangat anggun ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya.

Rambutnya ikal, panjang sepantat, dan berwarna sangat indah. Campuran warna hitam, coklat tua, coklat muda hingga pirang berpadu dengan serasi, membuat gelungan-gelungan di rambutnya makin mempesona.

"Berapa usiamu nona..." Seorang pria berusia 70an yang duduk di seberangnya bertanya. Pria itu mengenakan kimono rumah yang sangat indah. Warna biru tuanya berkilau dengan semburat ungu yang mewah, dan dipenuhi bordiran burung bangau.

Ia tampak ringkih dan lemah, duduk di kursi roda dengan meja khusus di depannya berisi satu poci ramuan herbal panas dan gelas kecil yang senada.

"Dora. PhanDora." Perempuan itu tersenyum sopan. "Saya mungkin terlihat muda, tapi saya jauh lebih tua daripada yang bisa anda perkirakan Tuan Kim."

Pria tua itu mendecak. "Aku tidak pernah bisa mengerti kenapa perempuan tidak suka menyebutkan usia mereka." Tangannya melambai menunjuk ke gelasnya.

Seorang pria muda yang duduk di sebelahnya langsung bangkit, menuangkan minumannya ke gelas, lalu mengangkatnya ke depan wajahnya. Setelah Tuan Kim selesai minum, ia memberikan lagi gelasnya kepada pria muda itu. Yang langsung meletakkannya di meja. Baru ia duduk kembali.

"Dari mana asalmu Nona Dora?" Pria itu bertanya lagi. "Margamu terdengar aneh, dan wajahmu eksotis."

"Saya lahir di Yunani, tapi orang tua saya adalah hippie yang menolak konsep batas negara. Jadi saya tidak tahu asal mereka." Dora mengambil kopinya, lalu meminumnya seteguk. "Kami berkeliling dunia. Saya rasa perjalanan saya mempengaruhi penampilan saya."

Ia beringsut sedikit di kursinya. Membetulkan pencil skirt yang senada dengan blazer biru tua bergaris yang membungkus tubuh rampingnya ketat. Sepatu Stiletto berhak 15cm membungkus kakinya yang saling menumpang bagaikan putri bangsawan Eropa. Setiap gerakan kecil, sol berwarna merah tampak menusuk mata.

Penampilannya bagaikan keluar dari majalah fashion internasional.

"Bagaimana kau memulai bisnis perjodohanmu ini?" Pria tua itu masih terus bertanya menyelidik.

"Saya ini orang yang romantis, Tuan Kim. Saya percaya cinta, dan saya percaya ada dua orang yang ditakdirkan buat bersama selamanya." Dora terkekeh pelan. "Awalnya, saya membantu teman-teman saya. Lalu akhirnya beberapa orang mulai membayar saya. Hingga akhirnya, voila, Anda saja harus menunggu tiga bulan buat bertemu saya kan?" Ia mengangkat tangannya menyombong.

Tuan Kim tertawa kencang, lalu terbatuk-batuk. Ia menunjuk Dora. "Aku suka sikapmu."

Terdengar lenguhan kesal dari pria lainnya di ruangan itu. Terdengar juga tawa kikuk geli dan gesekan kain dengan kursi.

"Diam kalian!" Tuan Kim berteriak. Kembali terbatuk-batuk. Pria muda yang tadi, dengan sigap langsung mengambilkannya minum. Lalu menepuk-nepuk punggungnya hingga batuknya mereda.

Tuan Kim mengangkat tangannya. "Perkenalkan, ini anak-anak laki-lakiku, penerusku."

"Senang bertemu dengan kalian." Dora menunduk kecil. Tidak berlebihan, cukup untuk menunjukkan rasa hormat.

Tidak ada tanggapan sedikitpun dari tujuh pria muda yang duduk mengelilingi ayah mereka. Semuanya tampak kaku. Kecuali tiga pria termuda, yang sesekali tertawa dan bercanda. Jelas tidak menganggap serius pertemuan ini.

"Perkenalkan diri kalian." Lagi-lagi Tuan Kim memerintah. Nada bicaranya lebih seperti majikan kepada anak buah daripada kepada anak kandungnya.

Satu pria berwajah lonjong dengan bibir tebal dan mata bulat mengangkat tangannya. Potongan rambutnya agak kuno, tapi diwarnai copper yang unik. "Saya KimSeokjin, anak tertua. Saat ini saya mengurus anak perusahan divisi food and beverages."

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang