35. Yoongi XXXII

662 37 32
                                    

Bunyi alarm bagaikan palu yang membelah kepala Yoongi. Ia menggumamkan makian. Tangannya mencari-cari ponselnya, meraba ke semua sudut tempat tidurnya.

Jam 6.30 pagi. Yoongi mengerang. Ia hanya tidur tiga jam. Tapi ia memang harus bangun pagi. Jam 8 nanti ia sudah harus siap dalam seragam golfnya untuk meeting bersama chairman dari grup penguasa jaringan mall.

Andaikan kalau bukan karena group itu tertarik untuk sekaligus mengontrak Cupid dan Sea Me untuk menjadi global ambassador mereka, Yoongi lebih baik tidur lagi.

Ia berguling, membenamkan wajahnya di bantal kosong di sebelahnya. Dihirupnya dalam-dalam, sisa harum shampo Hana masih tercium samar.

Yoongi tersenyum. Ia menghitung hari kapan Hana kembali ke Seoul. Juga menghitung hari kapan ia bisa menciumnya di depan altar.

Ia dulu terlalu terpaku pada masa lalu. Mengejar harapan yang tidak pasti. Tapi Hana merubah segalanya. Yoongi benar-benar bahagia sekarang.

Ia mengangkat ponselnya lagi. Meninggalkan satu dua pesan mungkin tidak akan mengganggu tidur Hana, pikirnya.

Ia langsung terdiam melihat belasan notifikasi dari Hyungjoon. Senyumnya menghilang. Apakah yang sangat darurat sampai Hyungjoon harus mengiriminya rentetan pesan di pagi buta?

Yoongi mengklik notifikasi tersebut, yang membuka aplikasi chat. Untaian foto, screen shot dan chat memenuhi layarnya.

Ia bangkit. Menscroll layarnya pelan-pelan, mencermati setiap gambar dan kata-kata. Tangannya naik ke mukutnya, ia mulai menggigiti kukunya.

Dengan ketenangan yang menyeramkan ia meletakkan ponselnya di tempat tidur. Lalu keluar dari kamar tidurnya.

Dada Yoongi naik-turun seiring napas yang berat saat ia memasuki ruang musiknya. Mematung di depan komputernya. Matanya liar menatap layar dihadapannya.

Komposisi berjudul "The One" terpampang disana. Lagu yang semalaman ia tulis untuk hari pernikahannya.

Ia meraung begitu keras hingga tenggorokannya perih. Merenggut komputernya dari mejanya, membantingnya ke lantai hingga terpental.

Disambarnya keyboardnya, dihantamkannya berkali-kali ke monitornya hingga hancur berkeping-keping dan tangannya terasa sakit.

Akhirnya ia berdiri dengan bahu gemetar. Darah mengalir dari tangannya yang terluka, menetes ke lantai yang dilapisi karpet. Giginya gemeretak menahan amarah.

"LeeHana. You... motherfucking slut!"

- - - 🔹🏺🔹- - -

"Seoho...Seoho bangun."

"Mmhhh..."

"Seoho, bangun. Cepat. Kau dalam masalah besar."

Dengan enggan, Seoho membuka penutup matanya. Ia mengerjap-ngerjap kesilauan. Bahkan lampu kabin pesawat yang sudah diredupkanpun masih terlalu menusuk untuk matanya. "Jam berapa ini?"

"Ssst!" Ravn menempelkan jarinya di depan mulut. "Jam 11 malam. Tapi di Korea sudah jam 7 pagi."

Ia menyodorkan tabletnya kepada Seoho yang menerimanya dengan tatapan bingung. Ravn menakupkan bibirnya. Wajahnya tidak tenang.

Ia menunjuk-nunjuk, memaksa Seoho untuk membaca artikel yang sedang terbuka di layarnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang