24. Yoongi XXI

794 45 32
                                    

"Kau lucu." Seoho mengecup pipiku.

"Terima kasih." Aku balas mengecup pipinya.

Aku duduk meringkuk dalam pangkuan Seoho, berbalutkan t-shirt yang awalnya dipakainya. Satu tangan Seoho tak henti mengelus pahaku, tangan yang lainnya memeluk punggungku. Ia hanya mengenakan boxernya. Udara malam terasa menggigit, tapi ia bilang ia tidak mudah kedinginan.

Kami sedang menonton siaran ulang variety showku di internet. Sambil menyantap ayam goreng dan pizza yang sudah dingin, dan menenggak champagne dari cangkir kopi.

Segala rencana tinggallah rencana. Seoho membuatku mabuk kepayang. Bibirnya, sentuhannya, desahan napasnya. Bagaimana ia mencumbuku, memasukiku dan membawaku ke puncak saat dirinya ada di dalamku membuatku lupa segalanya.

Jangankan rencana untuk merayakan debut sambil makan malam. Aku bahkan tidak bisa mengingat lagi apa saja yang ia lakukan pada tubuhku. Segalanya terasa menggelora, sebelum akhirnya aku jatuh tertidur di bahunya.

Hingga Seoho membangunkanku dengan kecupan di dahi.

Saat aku perlahan membuka mataku, yang pertama kulihat adalah senyumnya. "Mau lanjutkan perayaan debutmu? Aku lapar."

Aku tertawa mendengarnya. Dan saat itu kesadaran menerpa diriku. Aku jatuh cinta.

Pada saat aku menggeliat di lekukan tangannya, aku tahu dia akan jadi pusat duniaku. "Aku juga lapar."

Siaran ulang menyala di televisi, tapi kami menontonnya hanya sesekali. Kami lebih sibuk dengan satu sama lain, seakan kami sudah menunggu ribuan tahun untuk bisa bersama. Ya, rasanya selama itu.

Aku mengelus lehernya, membenamkan bibirku ke lekukan bahunya. Ia mendesah perlahan. Elusannya berubah menjadi cakaran pelan.

"Sudah jam 12 malam." Aku mulai menjilati kulitnya yang putih pucat.

"Lalu?"

"Pangeranku tidak harus pulang?"

Ia menarik kepalaku dari lehernya, lalu menciumku. Dalam. Lidahnya bermain-main dengan lihai. "Kalau aku pulang, haruskah kutinggalkan sebelah sepatuku?"

"Kalau kau lakukan itu, akan kupaksa semua pria di Korea mencoba sepatu itu sampai aku menemukanmu."

"Gombal!" Ia tertawa lebar hingga matanya menyipit.

"Kau juga suka menggombal." Aku membenamkan wajahku di rambutnya. Mencium samar bau hairspray bercampur keringat. Berbisik ke telinganya. "Jangan pulang."

"Sekarang, setelah kau merasakan permainanku di tempat tidur, baru kau ingin bersamaku terus, hah?" Ia mendesis. "Dasar binal." Ia meremas payudaraku.

"Ahn..." Aku merintih, membiarkannya memagut bibirku lagi. Entah sudah berapa ratus ciuman kami tukar malam ini. Sepertinya, bibir kami enggan berpisah. Seperti juga aku enggan lepas dari sentuhannya.

Ia menggeleng. "Aku hanya tidak mengerti kenapa kau tetap tidak mau jadi pacarku."

"Aku punya alasanku sendiri."

"Jangan bilang kau punya pacar dan aku ini selingkuhanmu?"

Aku tertawa kecil, menggeleng. "Karirku baru dimulai, dan kau punya dating ban. Tidak ada alasan lain."

Seoho menghembuskan napas keras. Ia menyandarkan kepalanya di dadaku. "Jadi kita ini apa?"

"Teman..." Jemariku menyisiri rambutnya. "...who fuck each other."

Ia menatapku. Lama. Mempertimbangkan apa yang kukatakan. "Okay. Aku tidak apa-apa dengan hubungan seperti itu." Ia menyentuh daguku. "Asal kau tahu, kau yang rugi. Aku ini tipe pacar yang berdedikasi."

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang