“Aku permisi pulang dulu ya, Tante. Maaf kalau ngerepotin,” pamit Arisha bersalaman pada Liana di pintu luar.
“Sama sekali gak bikin repot kok, lain kali sering-sering main ke sini, ya?”
“Iya, Tante, aku permisi,” kata Arisha memberikan senyuman sebelum masuk ke dalam mobil.
Suasana mobil, kembali hening. Tentu saja, lagi pula tidak akan ada pembicaraan hangat selain pertengkaran yang biasa mereka lakukan. Darka, laki-laki itu tetap fokus mengendarai mobil tanpa memikirkan Arisha yang kembali teringat dengan pertengkaran mereka tadi. Hal itu membuat Arisha melirik ke arah Darka sejenak sebelum kembali memandang ke luar jendela.
Namun tidak lama, mobil tiba-tiba terhenti membuat Arisha melihat ke arah Darka.
“Kenapa?” tanya Arisha.
Darka tidak menjawab melainkan ke luar dan membuka kap mobil, sedangkan Arisha mengikuti Darka dan memperhatikan laki-laki itu yang berdecak ketika melihat mesin yang tidak bekerja.
“Gue salah bawa mobil,” kata Darka menutup kap mobil.
Arisha membulatkan matanya. Sekarang sudah pukul setengah sebelas malam, dan jalan cukup sepi. Tidak ada kendaraan atau pejalan kaki, itu karena daerah ini memang jarang dilewati jika sudah melewati jam sepuluh malam.
“T-terus gimana?” Arisha melihat ke sekitar lalu mengusap lengannya yang terasa dingin.
“Ya gimana lagi? Cari taksi sana, pulang sendiri.”
“Tapi di sini gak ada siapa-siapa,” cicit Arisha berusaha menutupi rasa takutnya.
Darka menaikkan sebelah alisnya. “Gak usah manja. Udah sana, tunggu apa lagi?”
Arisha masih tidak percaya pada Darka yang menyuruhnya pergi tanpa berniat mengantarnya. “Lo serius nyuruh gue pergi? Lo tega ninggalin cewek sendirian di tempat kayak gini?”
“Lo berharap gue bela-belain nyari taksi dan nganter lo pulang, gitu? Udah gue bilang, jangan berharap lebih sama gue,” ucap Darka.
Sepertinya Arisha melupakan fakta bahwa Darka tidak akan melakukan hal seperti yang dilakukan laki-laki pada umumnya. Tetapi Arisha juga tidak berharap lebih pada Darka, namun haruskah Darka meninggalkan dirinya sendirian di tempat asing, dan tengah malam seperti ini?
“Darka, please, gue gak tau daerah sini.”
“Ck, cepet ikut gue,” kata Darka berjalan lurus diikuti Arisha yang juga berjalan di belakangnya.
Arisha meremas tali tasnya, jujur saja Arisha merasa tidak tenang berjalan di tengah malam dan juga di tempat asing. Arisha lebih sering menghabiskan waktu malam di rumah daripada di luar. Terlebih, tidak ada siapapun selain mereka berdua.
Baru beberapa melangkah, sekelompok motor mendekat ke arahnya. Arisha menghentikan langkahnya, membalikkan tubuhnya hingga memperlihatkan beberapa laki-laki mengenakan jaket hitam berjalan mendekat ke arahnya.
Seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan anting hitam ditelinganya mendekati Darka. “Hebat banget lo, temen gue masih koma di rumah sakit, dan lo enak-enakan pacaran di tengah jalan?”
“Balik ke mobil,” kata Darka pada Arisha mengingat jarak mereka belum terlalu jauh dari mobilnya.
Arisha menoleh. “T-tapi—”
“Gue bilang, balik ke mobil!” Arisha tersentak, namun ia tetap menuruti Darka. Tetapi seorang laki-laki lebih dulu menghalangi jalannya. Hal itu membuat Arisha memundurkan langkahnya saat laki-laki itu semakin mendekatinya.
Darka yang menyadari itu, segera menarik Arisha dan menyembunyikannya di balik tubuhnya. Kini posisi mereka berada di tengah-tengah laki-laki bertubuh tinggi, jumlah mereka yang cukup banyak hingga membuat Darka tidak yakin menjamin keselamatan Arisha.
“Pergi dari sini,” ucap Darka pada laki-laki yang memakai anting hitam.
Laki-laki itu tersenyum. “Kenapa? Gak biasanya lo nyuruh gue pergi gitu aja, biasanya ....”
“Ah, gue tau. Karna cewek itu?” lanjutnya memiringkan kepalanya agar dapat memandang Arisha. “Cantik juga, gak kaget sih dari cara lo ngelindungin dia.”
“Pergi dari sini.” Darka mengulangi perkataannya namun kali ini dengan penuh penekanan.
“Oke, gue pergi. Tapi bisa kali gue bawa cewek itu? Dia menarik, dan kayaknya gue suka,” ujarnya tanpa melepas pandangan dari Arisha.
Darka tersenyum miring melirik Arisha yang berada di belakang tubuhnya. Di detik berikutnya, Darka menarik Arisha hingga membuat gadis itu berada di tengah-tengah keduanya. Laki-laki itu tersenyum kemenangan, tidak menyangka begitu mudahnya menjebak Darka. Arisha terdiam sejenak memandang Darka dengan tidak percaya.
“Bawa aja, gue gak keberatan,” ucap Darka tidak peduli dengan tatapan yang diberikan Arisha, bahkan kedua mata gadis itu terlihat merah.
“D-Darka—”
Laki-laki itu mencekal lengan Arisha mencegah Arisha untuk mendekati Darka. “Gak harus gue balikin ke lo kan?”
“Lo tau jawaban gue. Mau lo jadiin pacar, babu, atau mau lo bunuh sekalipun gue gak peduli,” ujar Darka tanpa mengalihkan pandangan dari Arisha.
“Waw, gue gak tau ternyata cewek ini lebih special dari yang gue kira.”
Tunggu, sebenarnya ada apa dengan semua ini? Apakah ini permainan Darka? Jika iya, itu artinya Darka lagi-lagi memberi kejutan untuk dirinya, Darka lagi-lagi menunjukkan sisi lainnya, tetapi, mengapa? Tidak, Darka yang ia kenal tidak mungkin melakukan hal seperti ini.
Saat ini Darka menatapnya dengan tatapan yang berbeda, hingga Arisha tidak dapat mengartikan tatapan yang diberikan Darka untuknya.
Arisha tidak dapat menahan lagi, ia menyentak lengan yang menahannya lalu menarik kerah baju yang dikenakan Darka. “Apa maksudnya? Apa maksud lo ngelakuin ini, Darka!”
Darka tersenyum menyeringai membiarkan Arisha menarik kerah bajunya. “Apa? Bukannya ini yang lo mau? Dikelilingi banyak cowok yang bisa temenin lo tiap malam? Gue cuma mempermudah urusan lo, apa itu salah?”
“Lo brengsek, Darka,” desis Arisha.
“Gue lebih brengsek dari yang lo kira, Arisha. Bagi gue, ini semua gak ada apa-apanya,” balas Darka.
“Terserah, terserah lo mau ngomong apa. Tapi, please ... bawa gue pergi dari sini. G-gue mohon, Darka,” lirih Arisha hampir tidak terdengar, cengkeraman pada Darka pun mengendur.
“Ck, ayolah. Gue lagi gak mau ngeliat drama,” ujar laki-laki itu kembali menarik Arisha namun kali ini tidak ada pemberontakan. Arisha hanya menatap Darka dengan tatapan sendu bersamaan dengan air mata yang mengalir di pipinya.
“Dan lo, cewek secantik lo gak pantes ngeluarin air mata kayak gini.”
Arisha, dan Darka saling bertatapan. Tatapan dalam yang memiliki arti yang berbeda. Sampai detik ini Arisha masih berharap Darka menghentikan semua ini dan membawanya pergi bersamanya. Kali ini Darka mendekat, menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Arisha seraya berbisik.
“Lo gak perlu berharap hal yang gak mungkin terjadi. Gue gak punya waktu buat sekadar peduli sama lo, Arisha. Jadi, lo paham kan sekarang, apa posisi lo di mata gue?”
Arisha tidak menanggapi perkataannya hingga laki-laki itu membawa Arisha menjauh dari Darka. Darka tersenyum miring melihatnya, ketika Arisha benar-benar pergi, senyuman Darka perlahan menghilang tanpa sebab.
Lebih tepatnya, kedua tangannya mengepal hingga kukunya memutih karena kepalan yang terlalu kuat.Karena saat ini Darka menyadari, bahwa seseorang telah mempermainkannya.
TBC
Jangan lupa votment dan share cerita ini ke teman-teman kalian yaaa❤❤❤Jangan lupa follow akun ig dan wp Author❤
See you next chapter^^
Publish : Agustus, 2021
Remake : Januari, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop It, Darka! [END]
Teen Fiction"Seharusnya lo mati, Arisha. Kenapa lo harus hidup setelah buat orang lain koma?" Sadis, kejam, dan penuh amarah, kalimat yang tepat untuk menggambarkan seorang Darka. Tidak ada yang memiliki keberanian untuk mendekati laki-laki itu. Bahkan, sekada...