P A R T 5 1

22.7K 1.8K 171
                                    

Arisha hanya diam menatap luar jendela dari dalam mobil dan memeluk tubuhnya sendiri yang terdapat jaket Remon pada saat laki-laki itu membawanya masuk ke dalam mobil. Sekarang sudah lewat tengah malam, sesekali Remon menatap ke arah Arisha yang sama sekali tidak bersuara sejak tadi, dan hanya menangis dalam diam.

Amara? Gadis itu pergi begitu saja setelah percakapan mereka terakhir kali. Namun, percayalah, diam-diam Remon menyuruh temannya yang lain untuk mengawasi Amara dari jauh karena untuk saat ini, Remon tidak dapat mempercayai Amara maupun Gema.

“Sha, udah sampai,” ucap Remon menyadarkan Arisha dari lamunannya.

Baru saja Remon berniat membantunya keluar mobil, Arisha lebih dulu menghindar dan menatap takut Remon.

“Sha, ini gue,” kata Remon menyadari ketakutannya.

“G-gue bisa sendiri,” ujar Arisha yang keluar mobil dan memasuki rumah begitu saja.

Remon menutup pintu mobil dan memandang Arisha yang memasuki rumah. Tatapan gadis itu terlihat berbeda, sangat berbeda dan hanya tersirat ketakutan yang mendalam di kedua matanya.

*****  

“Gila, jadi Amara itu pacarnya itu Remon?”

“Iya, kemarin gue denger Remon sendiri yang ngomong!”

“Gak nyangka gue, gak kebayang sih gimana Remon ngelindungin Amara.”

“Amara pacarnya Remon? Cih, masih lebih cantik gue.”

“Halah, paling Amara cuma selingkuhannya.”

Desas-desus hubungannya dengan Remon sudah menyebar luas, Amara yang melewati koridor mendengar semua pembicaraan mereka. Bagaimana tidak, sebagian dari mereka dengan sengaja meninggikan nada bicaranya hingga Amara dapat mendengar dengan jelas. Amara tidak peduli, dan lebih memilih berjalan memasuki kelas. Ia mengerutkan dahi karena ada seorang gadis yang duduk di kursinya. Setelah menyadari kehadiran Amara, gadis itu berdiri dan memandang Amara dari kepala hingga ujung kaki seolah menelitinya.

“Gue heran apa yang lo kasih ke Remon sampai bisa jadi pacarnya,” ujarnya tersenyum miring.

“Lo siapa?” tanya Amara.

“Menurut lo gue siapa? Udahlah ya, gak penting gue siapa. Yang penting mending lo menjauh deh dari Remon selagi gue minta secara baik-baik. Ngerti kan?”

Melihat gadis itu yang berjalan pergi, Amara segera mengulurkan salah satu kakinya hingga membuat gadis itu terjatuh ke lantai.

“Lo!”

“Kalo jalan aja masih gak bener, gak usah sok-sok an ngatur hidup orang lain,” ujar Amara tanpa mengetahui tangan gadis itu yang terkepal karena ucapannya. “Oh iya, jangan kelamaan duduk di bawah kayak gitu. Gue jadi gak bisa bedain mana lo, dan mana lantai. Soalnya sama-sama pantes diinjak.”

“Sialan! Lo—”

“Amara, ada yang nyariin lo tuh di luar,” ucap salah satu temannya yang baru saja memasuki kelas.

Amara melangkahkan kakinya, tetapi lagi-lagi dengan sengaja Amara menginjak punggung tangan gadis itu yang memang berada di lantai.

“Argghhh!”

“Eh sorry, ini kaki gue remnya emang agak blong, jadi maklum aja ya?”

Wajah gadis itu kian terlihat merah. “Awas lo ya!”

*****   

“Rencana lo? Aman lah, gue udah bilang percaya sama gue.”

“Ya walaupun sedikit gagal, tapi malah tambah menarik. Lo tunggu aja.”

Stop It, Darka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang