Sejak memasuki ruang UKS, telinga Arisha terasa sangat panas. Bagaimana tidak, Celline tidak henti-hentinya menceramahinya walaupun Arisha tidak meresponnya. Seperti sekarang, walaupun Celline sedang membalut luka tangan Arisha namun bibirnya tidak berhenti berbicara.
“Gue bener-bener gak habis pikir sama lo ya, Sha. Kalo lo gak suka sama bunga mending lo langsung buang aja, sekarang liat, tangan lo--”
Arisha segera menarik tangannya kembali setelah telapak tangannya sudah terbalut perban, membuat Celline menatap ke arahnya. “Gue cuma ngasih peringatan. Emangnya salah?”
“Lo itu harus kira-kira dong. Gimana kalo—”
“Gue tau apa yang harus gue lakuin. Jadi, lo gak usah khawatir. Okey?” Arisha tersenyum menepuk-nepuk bahu Celline lalu beranjak pergi dari sana.
Baru saja Arisha ke luar dari UKS, langkahnya sontak terhenti karena tiba-tiba Darka sudah berada di hadapannya. Arisha segera mengalihkan pandangan ke arah lain ketika Darka semakin mendekatinya. Tubuhnya menegang saat Darka menarik tangan yang di perban membuat Arisha menatap ke arahnya, Arisha membulatkan matanya karena tanpa mengatakan apapun, Darka mengecup telapak tangan Arisha yang terbalut perban dengan cukup lama.
Gadis itu menatap telapak tangannya yang diperban dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
Sebuah pertanyaan kini singgah di dalam hatinya.
Mengapa Darka berubah disaat dirinya mulai membenci laki-laki itu?
*****
Arisha tersedak saat sedang meminun dan mendengar apa yang diucapkan Celline kepadanya. Celline baru saja mengatakan bahwa party tersebut akan diadakan di rumah Darka. Tidak, apapun yang terjadi Arisha tidak ingin datang jika diadakan di rumah Darka.
“R-rumah Darka? Enggak. Gue gak jadi ikut,” tegas Arisha.
“Loh, kenapa? Kemarin lo udah setuju loh, kenapa sekarang lo tiba-tiba gak setuju?” tanya Celline.
“Itu sebelum gue tau kalo party nya di rumah Darka. Sorry, tapi kalian aja ya?”
Amara melirik ke arah Celline sebelum berbicara. “Sha, nanti kan kita sama-sama ke sana. Kalo lo gak mau ketemu Darka ya gak masalah, kita menjauh dari Darka. Gimana?”
Arisha tetap menggeleng. “Kalian aja ya? Sorry banget.”
“Sha, please. Selama kita bertiga berteman, kita gak pernah ngumpul loh. Amara aja mau, masa lo enggak. Please, kali ini aja,” kata Celline menyentuh tangan Arisha seraya memohon.
“Kali ini aja?” tanya Arisha.
Celline mengangguk kuat. “Iya, kali ini aja.”
“Oke, gue ikut.” Amara dan Celline tersenyum mendengarnya.
*****
“Mereka berdua pacaran?”
“Wah gila sih, padahal setahu gue Arisha cewek baik-baik. Kok dia mau pacaran sama Remon?”
“Remon itu sebenernya cowok idaman banget, Cuma ketutup sama sikap bad-nya aja!”
“Kenapa bukan gue aja yang ada diposisi Arisha?”
Bisik-bisik terdengar tepat saat Remon berjalan beriringan bersama Arisha yang berjalan di sampingnya. Mereka terlihat serasi dengan pakaian berwarna hitam sesuai dress code party malam ini. Kedatangan Arisha membuat tatapan Darka dan ketiga temannya terkunci pada mereka. Tatapan mereka berbeda-beda. Gema yang menatapnya biasa, Saka yang menatapnya dengan tatapan berbinar, Rey yang menatapnya dengan tersenyum tipis. Darka? Laki-laki itu hanya memasang ekspresi datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stop It, Darka! [END]
Fiksi Remaja"Seharusnya lo mati, Arisha. Kenapa lo harus hidup setelah buat orang lain koma?" Sadis, kejam, dan penuh amarah, kalimat yang tepat untuk menggambarkan seorang Darka. Tidak ada yang memiliki keberanian untuk mendekati laki-laki itu. Bahkan, sekada...