P A R T 2 3

27.5K 2.5K 275
                                    

Cung hand yang nungguin cerita ini update!!

Komentar setiap paragraf yuk biar Author makin semangat nulis, jangan lupa spam next sebanyak-banyaknya❤

Happy Reading❤

Plak!

Pipi Arisha kian terlihat merah karna baru saja mendapat tamparan yang cukup keras. Perih, karna untuk pertama kalinya seseorang yang melahirkan dirinya mengangkat tangan kepada putrinya sendiri. Kejadiannya singkat, Arisha yang baru saja memasuki rumah langsung disambut dengan sebuah tamparan. Sungguh kejadian yang menakjubkan bukan?

“Itu yang kamu lakukan selama Mama gak tinggal di sini lagi? Ke luar masuk BK, dan bahkan sekarang sudah berani membawa mobil ke sekolah? Mama memberikan itu semua untuk kamu gunakan nanti, Arisha! Kamu mau mencoba membuat keluarga kita malu?!”

Arisha menatap nanar Yunita, bahkan orang tuanya sendiri kini hanya memandang kesalahan pada dirinya. Apalagi yang harus Arisha lakukan jika tidak memiliki siapapun selain melakukan apa yang ia mau? Tetapi, mengapa tidak ada yang memahami dirinya?

“Menurut Mama itu salah?”

“Kamu masih tanya itu salah atau enggak?”

“Yang aku lakuin salah. Tapi, yang Mama lakuin enggak salah?” tanya Arisha mampu membuat Yunita terdiam. Ya, Yunita menyadari ke mana arah pembicaraan mereka.

“Mama sama Papa udah pergi ninggalin aku di sini, kenapa harus balik lagi?”

Yunita menatap Arisha dengan tidak percaya. “Apa?”

“Kenapa Mama ke sini?” Arisha mengalihkan pembicaraan.

Yunita mengeluarkan sesuatu dari tasnya lalu memberikannya pada Arisha. “Mama harap kamu datang. Udah, ya? Mama sibuk. Satu lagi, jangan melakukan apapun yang akan membuat malu.”

Arisha tidak mengatakan apapun ketika Yunita melangkah pergi begitu saja. Tatapannya terkunci pada sesuatu yang berada di tangannya. Yang tidak lain, sebuah undangan pernikahan.

*****

Arisha meneguk minuman untuk melepas dahaganya. Suara lonceng berbunyi menandakan ada pelanggan baru yang memasuki kafe yang ia kunjungi. Tetapi Arisha, gadis itu hanya terdiam seorang diri. Menatap cangkir yang berada di genggaman tangannya dengan tatapan sendu. Kafe ini memang ramai, tetapi Arisha merasa sendiri sampai akhirnya Arisha tersentak ketika seseorang menepuk bahunya.

“Arisha?”

“R-Rey?” tanya Arisha ragu.

Rey terkekeh. “Iya, gue. Lo sama siapa ke sini?”

“Sendirian, sama siapa lagi?”

“Sama gue aja kalo gitu, kasian ketampanan gue kalo di sia-sia in,” goda Rey mampu membuat Arisha tertawa.

“Lo juga sendirian?”

“Iya, gue abis dari rumah Saka,” ujar Rey.
Arisha mengangguk mengerti, keheningan tercipta beberapa saat sebelum akhirnya Rey berbicara.

“Kalo boleh tau ... sebelumnya lo sama Darka saling kenal?”

“Iya,” jawab Arisha singkat.

“Tapi kenapa kalian—”

“Sekarang temen gue sendiri yang lo jadiin mangsa?”

Keduanya menoleh ke arah laki-laki yang entah kapan datangnya kini berada di hadapannya. Ya, siapa lagi jika bukan Darka. Arisha segera membuang pandangan ketika tatapannya bertubrukan dengan Darka. Ah, jangan lupakan Seyna yang berdiri di sebelah Darka.

Stop It, Darka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang