Thank you 1k komentarnya❤ Jangan lupa klik bintang dan komentar setiap paragraf ya❤
Kalau ada typo jangan ragu koreksi yaa❤
Happy Reading❤
***
"Kata dokter, besok kamu sudah boleh pulang. Tapi kalau nanti kondisi kamu drop harap segera ke rumah sakit, ya?" kata Suster yang mengantarkan makanan untuknya.
"Iya, Sus," jawab Arisha mengalihkan pada seseorang yang membuka pintu dan berjalan mendekat dengan membawa paper bag.
"Yasudah karena pacarnya sudah datang, saya permisi, ya?"
"Eh—" Arisha cukup terkejut namun Rey yang memberikan paper bag itu mengalihkan perhatiannya.
Arisha menerimanya ketika Rey memberinya isyarat agar segera membukanya, tanpa menunggu Arisha membukanya. Sudut bibirnya terangkat saat melihat dessert kesukaannya yang tidak lain cheesecake.
"Thanks, Rey. Kok lo tau kalo ini kesukaan gue?"
"Ehm i-itu ...."
"Darka?" tanya Arisha lalu tertawa miris. "Jadi ini dari Darka?"
Rey membalas tatapan Arisha ragu. "Iya sebenernya tadi—"
"Harusnya lo buang ini ke tempat sampah bukan ngasih ke gue," tegas Arisha tatapannya kali ini berbeda.
"Sha, sorry. Gue gak bisa nolak permintaan Darka gitu aja," sesalnya lirih.
Baru saja Arisha ingin berbicara namun kedatangan Darka di tengah-tengah mereka menghentikannya. Keadaan hening sesaat, Rey memandang Darka sejenak sebelum pergi dari sana. Kini Arisha menatap Darka yang berdiri tidak jauh darinya.
Arisha tersenyum miring memandang paper bag yang berada di pangkuannya sebelum kembali menatap Darka.
"Lo anggap permintaan maaf gue semurah itu?" Perkataannya membuat Darka menatap gadis itu.
"Rasa sakit yang lo kasih, gak akan pernah bisa terhitung, Darka. Lo pikir dengan ini gue bisa maafin lo?" tanya Arisha tajam.
Darka tidak bergeming, laki-laki itu hanya diam membiarkan semua kemarahan Arisha meluap.
"Gue benci lo, Darka. Gue benci sikap seenaknya lo, gue benci keegoisan lo yang gak pernah peduli orang lain, gue benci semua tentang lo, Darka!" teriak Arisha yang pada saat bersamaan melempar paper bag itu ke arah Darka membuat kue itu jatuh ke lantai.
"Gue harus apa biar lo maafin gue, Sha?" tanya Darka pelan.
"Seharusnya lo mati, Darka. Kenapa lo harus hidup setelah buat gue koma?"
Jantungnya terasa mencelos mendengar perkataan yang pernah ia ucapkan pada Arisha. Arisha tentu mengingatnya, gadis itu mengingat setiap perlakuan kasar Darka kepadanya. Sungguh, Darka masih tidak percaya jika Arisha dapat mengatakan hal yang sama kepadanya.
"Itu kan, yang lo bilang ke gue?" ucap Arisha lalu kembali berkata. "Tapi gue gak sejahat itu buat nyuruh lo mati. Karena gue tau, gue bukan Tuhan."
"Gue akan terus tunggu sampai lo maafin gue, Sha. Kasih gue satu kesempatan buat memperbaiki semuanya—"
"Lo bisa memperbaiki hati gue yang sakit? Lo bisa menghapus semua rasa sakit yang lo buat? Satu permintaan maaf, gak akan pernah bisa ngilangin semua rasa sakit yang lo buat, Darka!"
Semudah itukah bagi Darka? Apa baginya hanya dengan permintaan maaf semuanya akan kembali seperti semula? Apa dengan permintaan maaf rasa sakitnya akan menghilang dalam sekejap? Nyatanya tidak. Mungkin, jika saat itu Darka masih mempercayainya situasinya tidak akan seburuk ini. Ya, Arisha tidak marah karena Darka yang membencinya karna kecelakaan yang dialami Seyna karna ia pun merasakannya. Namun, yang tidak dapat Arisha terima karena Darka tidak mempercayainya. Darka bahkan menganggapnya dapat membunuh Seyna. Hari itu, Darka meruntuhkan dinding kepercayaan yang ia bangun untuk Darka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop It, Darka! [END]
Teen Fiction"Seharusnya lo mati, Arisha. Kenapa lo harus hidup setelah buat orang lain koma?" Sadis, kejam, dan penuh amarah, kalimat yang tepat untuk menggambarkan seorang Darka. Tidak ada yang memiliki keberanian untuk mendekati laki-laki itu. Bahkan, sekada...