P A R T 3 6

31.1K 2.1K 93
                                        

Arisha menuruni anak tangga seraya menyentuh lehernya yang terasa pegal karena sejak pulang sekolah ia hanya berdiam diri di kamar. Untunglah, Remon menuruti perkataannya. Selama itu Remon tidak mengganggunya, entah apa yang dilakukannya.

Langkahnya terhenti, Arisha menajamkan penglihatannya. Lihatlah, kini rumahnya sangat berantakan. Beberapa laki-laki mengenakan jaket hitam ada yang sedang bermain kartu di ruang tamu, bersantai bermain ps di ruang keluarga, dan ada yang asik memakan camilan di ruang makan. Sungguh pemandangan yang tidak pantas dilihat. Tatapan Arisha menjelajah setiap sudut ruangan hingga terkunci pada Remon yang tertidur dengan santainya di sofa.

"Woy-woy jangan curang dong lo, ah elah jadi kalah kan gue!"

"Eh itu rokok punya gue bangsat, jangan lo ambil dong."

"Ck, minta satu doang."

"Enak aja lo, giliran gue—"

Keadaan menjadi hening saat mereka menyadari kehadiran Arisha. Gadis itu berjalan mendekati Remon, mengambil gelas yang berisi jus di meja lalu menumpahkannya pada wajah Remon.

"Anjing! Siapa yang—" Perkataan Remon terhenti saat menyadari Arisha yang menatapnya nyalang.

"Lo apa-apaan sih?" tanya Remon.

"Lo yang apa-apaan. Siapa yang ngasih lo hak buat bawa semua gembel ke rumah gue!" sentak Arisha.

"Anjir, gembel dong," bisik salah satu teman Remon pada temannya.

"Kayaknya ketampanan gue udah luntur," sahutnya yang lain.

"Tapi tuh cewek siapa? Cantik banget," celetuk laki-laki yang memakai tindik di telinganya.

Terlebih, Arisha hanya mengenakan hotpants dengan atasan lengan panjang. Tidak hanya itu, rambutnya yang terikat memperlihatkan leher jenjangnya, belum lagi paha mulusnya yang mampu menjadi pusat perhatian pria mata keranjang.

Arisha beralih menatap tajam teman-teman Remon yang berbicara, mereka semua sontak kembali terdiam. Sungguh! Ini pertama kalinya banyaknya laki-laki menginjak rumahnya. Arisha tidak nyaman akan hal itu.

"Mereka temen-temen gue, yakali gembel dijalanan gue pungut," balas Remon.

"Suruh pulang."

Remon memandang tidak terima. "Enggak-enggak. Ini juga rumah gue."

"Suruh pulang, atau gue telpon bokap?" tanya Arisha mengancam.

"Lo ngancem gue?"

"Menurut lo?"

Mereka semua hanya diam, tidak ada yang berani membuka suara. Mereka seperti menyaksikan pertengkaran sepasang kekasih. Di sisi lain dari arah belakang seorang laki-laki yang mengenakan seragam dengan kancing atas terbuka mendekati Arisha.

"Jangan marah-marah dong, cantik. Kita semua gak galak kok," ujarnya berniat menyentuh dagu Arisha namun Arisha lebih dulu menjauh.

Remon yang melihat itu menahan laki-laki itu agar tidak mendekati Arisha. "Dia adek gue."

Arisha sontak menatap Remon, tidak percaya jika laki-laki itu akan mengatakan hal itu.

"Adek? Kok gue gak tau kalo lo punya adek?" Dahinya mengerut sembari menggaruk kepala bingung.

"Yaudah, gue sama yang lain cabut deh. Tar malam gue tunggu di sirkuit," ucapnya yang dibalas anggukan oleh Remon bersamaan dengan yang lain berjalan ke luar.

Kini hanya mereka berdua, Arisha mengeluarkan ponsel dari saku berniat menelpon seseorang. Keduanya masih bertatapan satu sama lain, Remon pun mengetahui siapa yang akan dihubungi Arisha, namun laki-laki itu tidak mencegahnya. Hingga tidak lama panggilan itu tersambung, hal itu membuat Arisha segera berbicara.

Stop It, Darka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang