Lara

37 29 0
                                    

Sampai pada tujuan.
Lalu aku menoleh ke belakang dan berkata.

"Sudah sampai."

Tidak ada jawaban, tetap diam dan mematung.
Aku berusaha untuk memancing pembicaraan dengan memastikan.

"Sa, apa akan terus diam seperti itu?"
"Selagi saya masih disini, barangkali kamu tetap sudi mendengar penjelasan ku?"

Ia malah memalingkan pandangan lalu turun dari motor dan berjalan menuju rumah tanpa menjawab sepatah kata pun.

"Kau tahu apa hal yang paling ku takuti sekarang, Sa?"

Aku berteriak saat ia berusaha pergi menjauh dari ku, dia tidak menoleh, namun langkahnya terhenti.

"Melihatmu menangis. Saya merasa menjadi manusia paling hina di muka bumi ini karena membuat sosok ciptaan Tuhan yang paling di agungkan jatuh oleh sikap keegoisan ku. Maafkan saya, Sa."

Ia sama sekali tidak membalikkan arahnya setelah aku mengatakan hal itu, karena merasa sudah tidak ada lagi hal yang bisa memperbaiki keadaan, aku tidak mempunyai rencana lain selain pulang ke rumah.

Untuk pertama kalinya, aku merasakan sakit dalam kebingungan.
Perasaan ku gusar, dan pikiran ku berantakan.
Aku sudah membuat kesalahan besar, karena membuat khawatir yang cukup mendalam terhadap wanita yang aku cintai, dengan mengikutsertakan dia masuk ke dalam masalah ku.

Aku berjalan di saksikan langit senja, ia menawarkan pesonanya untuk dirasakan namun aku mentah-mentah menolaknya.
Karena badai tiba-tiba menyerang tanpa peringatan, kebencian ku terhadap diri sendiri semakin menyeruak.
Mengapa aku tidak pernah bisa meyakinkan seseorang yang sudah memberikan ku kepercayaan!

Renjana, semestaku hanya tentangmu. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang